Malala Yousafzai, Bertaruh Nyawa Demi Sekolah
- Penulis : Mila Muzakkar
- Senin, 09 Juni 2025 17:13 WIB

ORBITINDONESIA.COM - Oktober 2012, seorang anak perempuan ditembak oleh salah Tehrik-e-Taliban Pakistan (TTP) yang dipimpin oleh Maulana Fazlullah. Ketika itu, anak perempuan itu baru saja pulang dari sekolah.
Dialah Malala Yousafzai. Usianya baru 15 tahun, kala itu. Di Pakistan, tempat Malala tinggal, menjadi perempuan yang berani bersuara saja sudah dianggap ancaman. Apalagi ketika bersuara tentang pendidikan, tentang hak perempuan untuk bersekolah, dan tentang masa depan yang mestinya milik semua anak.
Penembakan itu menyebabkan Malala harus menjalani proses penyembuhan yang cukup lama. Meski begitu, peluru itu tak menghentikan langkahnya. Peluru itu gagal membungkam Malala. Justru dari luka itulah, dunia membuka matanya.
Baca Juga: Komnas Perempuan: Pembangunan Kerap Menempatkan Perempuan Hadapi Kekerasan Berlapis
Setelah menjalani perawatan berbulan-bulan di Inggris, Malala kembali muncul di hadapan publik, bukan sebagai korban, tapi simbol harapan. Meski usianya masih sangat muda, ia berdiri di podium PBB, menyampaikan pidato yang membuat banyak orang dewasa menunduk malu.
Dalam pidato yang disampaikannya pada tahun 2013, Malala tak menuntut balas. Hanya buku, pena, dan kebebasan untuk mengenyam pendidikan yang ia minta. “Saya tidak datang ke sini untuk membalas dendam. Saya di sini untuk berbicara tentang hak setiap anak memperoleh pendidikan. Saya menginginkan pendidikan untuk putra dan putri Taliban, dan semua ekstremis. Bahkan saya tidak membenci orang yang menembak saya: saya tidak akan menembaknya, karena saya belajar belas kasih dari Muhammad, Yesus, Buddha; warisan perubahan dari Martin Luther King, Nelson Mandela, Jinnah; filosofi non-kekerasan dari Gandhi, Bacha Khan, dan Bunda Teresa; serta pengampunan dari orang tua saya.”
Tahun demi tahun, Malala terus bersuara dan bergerak. Suaranya mengemparkan dunia. Bukan dengan teriakan atau peperangan, tapi dengan mendidik dan mengampanyekan pentingnya pendidikan sebagai jalan untuk memutus rantai kemiskinan.
Baca Juga: Fajar Riza Ul Haq Apresiasi Pemda yang Miliki Komitmen Wujudkan Pendidikan Bermutu untuk Semua
Tahun 2013, bersama ayahnya, Malala mendirikan Malala Fund. Melalui organisasi global ini, Malala memperjuangkan akses pendidikan 12 tahun gratis, untuk anak perempuan di negara-negara yang masih terbelakang seperti, Pakistan, Nigeria, Brazil, Ethiopia, Afghanistan.
Berkat perjuangannya menyuarakan hak pendidikan untuk anak perempuan, Malala meraih Nobel Perdamaian, di saat usianya baru 17 tahun. Remaja perempuan ini adalah penerima Nobel termuda di dunia.
Untuk mengenang perjuangan Malala, PBB mencetuskan setiap tanggal 12 Juli, diperingati sebagai “Hari Malala” atau International Malala Day. Ini bertujuan untuk mengajak pemimpin dunia menegakkan hak pendidikan bagi semua anak perempuan.
Baca Juga: Mahkamah Konstitusi: Pendidikan Dasar di Sekolah Negeri dan Swasta Harus Gratis
Perjuangan Malala sudah sepatutnya menjadi inspirasi dan motivasi bagi para perempuan muda khususnya, untuk tak lelah belajar dan menuntut ilmu setinggi mungkin. Sebab hanya dengan pendidikan, seseorang memungkinkan untuk keluar dari belenggu kemiskinan dan penderitaan.***