Dewan Keamanan PBB Gagal Sahkan Gencatan Senjata Gaza, Veto AS Dikecam
- Penulis : Mila Karmila
- Kamis, 05 Juni 2025 11:05 WIB

ORBITINDONESIA.COM - Dewan Keamanan PBB kehilangan kesempatan untuk menciptakan perdamaian di Jalur Gaza dengan tidak mengadopsi rancangan terbaru tentang gencatan senjata permanen di daerah kantong Palestina itu, kata Duta Besar Rusia untuk PBB Vassily Nebenzia.
"Kesempatan lain telah hilang untuk menunjukkan bahwa Dewan Keamanan siap memikul tanggung jawabnya untuk menjaga perdamaian dan keamanan internasional dalam konteks konflik Israel-Palestina," kata Nebenzia kepada Dewan Keamanan PBB selama pertemuan tentang Gaza pada Rabu, 4 Juni 2025.
Duta Besar Rusia itu mencatat bahwa jelas siapa pihak yang menginginkan perdamaian dan siapa pihak yang ingin "terus bermain permainan politik".
Baca Juga: Dewan Keamanan PBB Akan Desakkan Gencatan Senjata, Hentikan Blokade Gaza oleh Israel
Sebelumnya, AS pada Rabu memveto draf resolusi Dewan Keamanan (DK) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang menuntut gencatan senjata segera di Gaza dan pencabutan segera atas semua pembatasan bantuan kemanusiaan.
Draf resolusi itu, yang diajukan oleh 10 anggota terpilih Dewan Keamanan PBB, didukung oleh 14 dari 15 anggota dewan.
Meski demikian, AS, yang memiliki hak veto, menolak draf resolusi tersebut. Draf resolusi itu menuntut pembebasan segera dan tanpa syarat atas semua sandera yang ditahan oleh Hamas dan kelompok-kelompok lain, serta pencabutan segera dan tanpa syarat atas semua pembatasan masuknya bantuan kemanusiaan ke Gaza dan distribusinya secara aman dan tanpa hambatan dalam skala besar.
Baca Juga: Usai Tragedi di Rafah, Konsultan AS Hengkang dari Proyek Bantuan Gaza yang Kontroversial
Veto AS sontak menuai kecaman dari para anggota Dewan Keamanan. Perwakilan tetap China untuk PBB, Fu Cong, mengatakan bahwa China sangat kecewa dengan hasil pemungutan suara pada Rabu tersebut.
Draf resolusi tersebut berisi tuntutan yang paling mendesak dari masyarakat Gaza dan mencerminkan suara mayoritas yang begitu besar dari masyarakat internasional, kata Fu.***