Bakcang, Kisah tentang Tradisi dan Akulturasi Budaya Tionghoa di Indonesia
- Penulis : M. Ulil Albab
- Jumat, 30 Mei 2025 10:30 WIB

Modifikasi kuliner ini membuat bakcang mudah diterima oleh masyarakat. Alhasil, penganan berbentuk khas limas dengan empat sudut ini pun banyak dijual di toko makanan tradisional maupun modern, dan kerap menjadi pilihan untuk hidangan pertemuan atau bekal di perjalanan.
"Saya suka bakcang ayam dan telur asin di sini," kata Heny Widiastuti (47) saat mengantre di salah satu toko bakcang yang cukup terkenal di Jl. Pangeran Jayakarta, Jakarta Pusat, yang kabarnya bisa memproduksi hingga ribuan bakcang saat perayaan Hari Bakcang. Menurut karyawan perusahaan swasta di Jakarta Selatan itu, bakcang juga cocok dijadikan pilihan untuk makan siang karena cukup mengenyangkan.
Lebih dari sekadar makanan, bakcang merupakan simbol identitas, warisan, dan hasil dari dialog antarbudaya yang telah berlangsung berabad-abad. Di balik sebungkus bakcang, terdapat nilai-nilai luhur seperti kesetiaan, pengorbanan, serta pentingnya menjaga tradisi.
Baca Juga: Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia Dukung Kebijakan Pemerintah Wujudkan Ketahanan Pangan
Meski demikian, tradisi tidak harus kaku dalam bentuk aslinya, namun dapat terus hidup dan relevan melalui proses adaptasi yang sarat penghargaan terhadap nuansa lokal.***