Catatan Denny JA: Mereka Menemukan Cinta dan Menikah dalam Komunitas Puisi Esai
- Penulis : Arseto
- Senin, 12 Mei 2025 09:38 WIB

Di ruang komunitas puisi esai asuhan Dhenok Kristianti, setiap kata menjadi jembatan. Setiap puisi adalah peluang untuk melihat jiwa yang lain.
Tanpa disadari, di antara bait dan diskusi, tumbuh getar halus yang sulit dinamai. Namun para penyair menyebutnya: cinta.
Apa itu cinta? Dan apa makna mencintai?
Rainer Maria Rilke pernah menulis, “Mencintai manusia lain adalah tugas paling sulit dari semua tugas.”
Baca Juga: Catatan Denny JA: Jangan Sampai Indonesia Menjadi Negara Tuan Tanah
Dan mereka memilih menjalani tugas itu. Tanpa skenario. Tanpa naskah. Tanpa sutradara.
Hanya mereka, dan kejujuran.
Namun bagi kebanyakan dari kita, mencintai tampak mudah. Ia seperti bunga yang tumbuh dari dalam. Kita hanya perlu membiarkannya berkembang, dan merawatnya.
-000-
Baca Juga: Catatan Denny JA: Mengenali Tipe Personality, Perjalanan Pulang Menuju Diri
Membaca puisi esai karya Aqilah atau Dion, bukan seperti membaca puisi remaja tentang rembulan yang kasmaran.
Mereka menulis puisi yang menembus dunia sosial yang keras.
Dion menulis “Bulan di Pangkuan Ibu”, kisah tentang carok berdarah yang membasahi tanah Madura dengan dendam dan kehormatan. Tentang Hasan, yang bangkit dari pangkuan ibunya dengan celurit di tangan.
Baca Juga: Catatan Denny JA: Paus Baru di Era Artificial Intelligence
“Doa-doa ibu mengasah celurit itu menjadi tajam…
sebab surga tak lebih luas dari ruas telapak kakinya.”