DECEMBER 9, 2022
Orbit Indonesia

Civil Society Indonesia Bisa Manfaatkan Teknologi Pembebasan sebagai Sarana Pencerahan Publik

image
Dr. Ir. Satrio Arismunandar, M.Si., MBA, mantan Sekjen AJI 1995-1997 sebagai Civil Society

ORBITINDONESIA -  Civil society di masa sekarang berbeda dengan di masa beberapa dekade lalu. Civil society saat ini mendapat manfaat dari peradaban digital, yang memberikan apa yang orang sebut sebagai teknologi pembebasan. Teknologi pembebasan adalah teknologi yang memperkuat individu.

Dulu orang biasa atau civil society sulit memiliki media karena begitu mahal. Civil society yang tak memiliki media tak akan bisa bersuara di forum yang luas.

Namun di era sekarang ini, Civil Society atau siapapun dia --walaupun individu yang tak dikenal sebelumnya, bahkan nobody-- seketika ia bisa mempengaruhi lingkungan yang luas, jika ia sukses menyebarkan pikirannya di media sosial.

Baca Juga: Alimatul Qibtiyah: Pemakaian Jilbab Menguat Lewat Gerakan Hijrah yang Berciri Eksklusif dan Kearab araban

Salah satu contohnya, jika ada individu atau civil society yang berhasil membikin video di Youtube dan kemudian video itu viral, ditonton oleh begitu banyak orang, dan dibicarakan oleh kalangan yang sangat luas.

Ingat masa represi di bawah rezim otoriter Orde Baru? Saat itu berbagai elemen gerakan civil society membutuhkan sarana komunikasi, untuk menyuarakan aspirasi dan kepentingannya ke dunia luar.

Tetapi apa daya, saluran yang ada cuma media cetak, radio dan televisi. Waktu itu media online dan media sosial belum ada.

RRI dan TVRI adalah radio dan TV negara, yang dikontrol penuh pemerintah. Radio swasta tidak menyiarkan  berita karya mereka sendiri, kecuali me-relay siaran berita RRI.

Baca Juga: Puisi Esai Denny JA: Darah Palsu Menyelamatkan Kami

TV swasta waktu itu belum ada. Ketika kemudian mulai ada, seperti dirintis oleh RCTI, pemiliknya adalah Bambang Trihatmojo, anak Presiden Soeharto, penguasa Orde Baru.

Halaman:
1
2
3
4

Berita Terkait