UGM dan Toko Buku Natan Rayakan Seabad A.A Navis, Sastrawan Besar yang Kritis dan Peduli
- Penulis : Dody Bayu Prasetyo
- Rabu, 26 Maret 2025 14:50 WIB

ORBITINDONESIA.COM - Setelah sukses dengan acara merayakan Seabad Pramoedya Ananta Toer, Toko Buku Natan bersama Program Magister Sastra UGM kali ini merayakan acara Seabad A.A Navis.
A.A Navis dikenal sebagai sastrawan besar dalam jagat sastra tanah air. Namanya melegenda melalui karya-karya cerpennya, salah satu yang dikenal luas berjudul “Robohnya Surau Kami”. Di bulan Ramadan, para pecinta buku telah berkumpul untuk membicarakan kiprah dan karyanya.
Acara yang berlangsung di Rumah Budaya NDalem Natan, bangunan pusaka/cagar budaya di Kotagede, Yogyakarta diisi oleh: Dhianita Kusuma Pertiwi, penulis, kurator pameran AA Navis di Jakarta & UNESCO, Paris; Prof. Dr. Aprinus, pakar sastra; dan Nasir Tamara Ph.D. serta penampilan cello dari Lintang Pramudia Swara.
Baca Juga: Kejutan, Seabad Kelahiran Sastrawan AA Navis Jadi Peringatan Internasional UNESCO
Acara juga mencakup peluncuran buku “Kesalahan dan Kejahatan dalam Berbahasa” karya Aprinus Salam. Dalam Sumpah Pemuda tertulis: Satu Nusa, Satu Bangsa, Satu Bahasa. Sayangnya sumpah ketiga itu yang kurang diperhatikan.
Berbeda sekali dengan negara-negara Barat terutama Prancis yg memiliki Académie Française yg mengawal nasional mereka. Buku ini sangat penting untuk dibaca oleh para penulis dan kreator konten.
Nasir Tamara juga meminta agar Kementerian Kebudayaan RI membuat program berupa pendampingan para penulis Indonesia yang mempunyai potensi untuk memenangkan Hadiah Nobel Kesusasteraan.
Baca Juga: Buku Kumpulan Esai Triyanto Triwikromo Mengulas tentang Maling, Mitos, Wanita, dan Sastra
Aprinus Salam membandingkan sikap kritis A.A. Navis dengan Pramoedya Ananta Toer. A.A Navis tidak pernah dipenjara sedangkan Pram pernah dibuang ke Pulau Buru belasan tahun. Alasannya mungkin karena A.A Navis mengkritik masyarakat sedangkan Pram mengkritik pemerintah Orde Baru.
Dhianita memaparkan proses risetnya dalam menyiapkan pameran 100 tahun A.A Navis, berupaya untuk mengenalkan kembali sosoknya supaya semakin diketahui oleh anak muda.
Dari proses riset itu, Dhianita menelusuri bagaimana semasa sekolah di INS Kayutanam, Navis mempelajari musik. Ia menguasai instrumen flute, dan pernah juga belajar membuat patung. Keterampilan non akademis menjadi bagian penting yang dimiliki oleh kurikulum sekolahnya dan banyak membentuk pola pikirnya.
Menyelenggarakan pameran menjadi tantangan tersendiri karena yang tersedia adalah arsip foto dan tulisan. Dhianita dan tim berupaya mengemasnya agar tetap menarik bagi anak muda, supaya kumpulan materinya tidak hanya menjadi arsip mati, namun dapat dinarasikan dengan baik dari segi historis, pemikiran dan karya-karyanya.