DECEMBER 9, 2022
Humaniora

BMKG: Semua Pihak Diharap Serius Tanggapi Kerawanan Gempa-Tsunami di Periode Libur Lebaran

image
Tangkapan layar- Direktur Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono menjabarkan upaya keselamatan dari risiko gempa-tsunami penyeberangan kapal dalam konferensi siaga mudik Lebaran 2025 yang diikuti secara daring di Jakarta, Kamis, 21 Maret 2025 malam. (ANTARA/M Riezko Bima Elko Prasetyo)

ORBITINDONESIA.COM - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika atau BMKG mengajak semua pihak, mulai dari lembaga pemerintah hingga masyarakat, untuk menanggapi serius kerawanan gempa-tsunami selama periode libur Lebaran 2025 dengan tidak meninggalkan sikap kesiapsiagaan.

“BMKG mencatat banyak kejadian pada hari raya, jadi meski dilaporkan skalanya kecil tapi jangan dianggap remeh,” kata Direktur Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono, dalam konferensi siaga mudik Lebaran 2025 yang diikuti secara daring di Jakarta, Kamis, 20 Maret 2025 malam.

Daryono memaparkan bahwa selama 2024 di wilayah Indonesia terjadi gempa bumi merusak sebanyak 20 kali dalam berbagai variasi magnitude dan kedalaman yang bersumber dari sumber gempa sesar aktif, subduksi lempeng atau megathurst, dan gempa dalam lempeng (intra-slab).

Baca Juga: Gempa Guncang Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan, Getaran Terasa Hingga Kabupaten Tetangga

Bila ditarik garis waktu ke belakang, kata dia, BMKG mencatat setidaknya ada sebanyak 13 peristiwa gempatsunami yang melanda Indonesia tepat pada periode libur Hari Raya, termasuk Idul Fitri sebagaimana gempa 6,1 magnitudo Sesar Ransiki yang terjadi pada April 2024 di Tenggara Manokwari Selatan, Papua Barat dengan dampak lima orang meninggal dunia dan 94 orang luka-luka.

Selain itu BMKG juga mencatat Gempa Palu (6,2 magnitudo) pada 8 Agustus 2012 enam meninggal dunia dan 43 luka-luka, gempa Nias (6,7 magnitudo) pada 14 Mei 2021 masuk kategori merusak, dan gempa Mentawai (6,1 magnitudo) 3 April 2023 juga terjadi saat Idul Fitri.

“Potensi gempa dan tsunami selalu ada dan kapan terjadinya tidak dapat diprediksi termasuk selama periode libur Idul Fitri, Imlek, Natal. Itu banyak di dalamnya kejadian gempa-gempa kecil, terkadang tidak bisa terdeteksi tapi berdampak merusak, ada juga dampak ikutannya. Apalagi yang tinggal di wilayah yang memang rawan gempa-tsunami kita harus menerima risiko hidup dengan kesiapsiagaan, sehingga upaya kesiapsiagaan harus disiapkan,” kata dia menjelaskan.

Baca Juga: BMKG: Gempa dengan Magnitude 5,4 Guncang Sulawesi Utara

Dia berharap otoritas terkait kebencanaan dan masyarakat tidak hanya fokus pada gempa dan kerusakannya tetapi dampak ikutannya setelah gempa juga juga harus diwaspadai misalya seperti surface rapture pada jalur sesar permukaan (jalan raya), tsunami, longsor, likuifaksi, hingga kebakaran.

Pihaknya mengklasifikasikan ada sekitar 30-an bandara di Indonesia yang berada di tepi pantai zona rawan tsunami, salah satunya seperti Bandara Ngurah Rai di Bali dan Bandara di Yogyakarta sehingga pemerintah termasuk BMKG mempertebal informasi peringatan – penanganan risiko di kawasan tersebut.

“Menjelang lebaran ini, atau untuk persiapan mudik menggunakan transportasi udara, darat - laut perlu memiliki bekal seputar informasi, tidak semua jalur aman pahami apakah ada jalur gempa yang bisa aktif sewaktu-waktu,” kata dia.

Baca Juga: BMKG: Gempa Bumi Magnitudo 5,2 Guncang Manggarai, Nusa Tenggara Timur, Tidak Berpotensi Tsunami

Dalam kesempatan yang sama, Koordinator Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Suci Dewi Anugrah menambahkan pihaknya juga mempertebal ketangguhan masyarakat untuk menghadapi kerawanan risiko gempa – tsunami.

Halaman:

Berita Terkait