DECEMBER 9, 2022
Orbit Indonesia

SMRC: Puan Maharani Belum Kompetitif untuk Menjadi Capres, Jauh di Bawah Prabowo, Anies dan Ganjar

image
Ketua DPR RI Puan Maharani

ORBITINDONESIA - Puan Maharani belum kompetitif untuk maju sebagai calon presiden. Demikian temuan survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) bertajuk “Siapa Calon Presiden PDIP 2024?” yang ditayangkan di kanal YouTube SMRC TV pada Kamis, 15 September 2022.

Hasil survei yang disampaikan pendiri SMRC, Prof. Saiful Mujani, tersebut menunjukkan, dalam periode Maret 2021 sampai Agustus 2022 dengan format semi terbuka, pergerakan suara Puan Maharani tidak signifikan, dari 0,5 persen menjadi 1 persen.

Sementara Ganjar Pranowo bergerak dari 8,8 persen menjadi 25,5 persen, Prabowo dari 20 persen menjadi 16,7 persen, dan Anies Baswedan dari 11,2 persen menjadi 14,4 persen. Jauh lebih tinggi dari Puan Maharani.

Baca Juga: Kualifkasi Piala Asia U20 : Indonesia Melawan HongKong, Prediksi, Head to Head dan Link Streaming

Saiful menyatakan, PDIP adalah partai terbesar dan kalau tidak ada kesalahan kebijakan dan langkah-langkah politik yang keliru, kemungkinan PDIP akan kembali menjadi partai nomor satu di 2024.

Dalam posisi seperti itu, akan sangat bagus, seperti sekarang, presidennya juga didukung oleh PDIP. Calon PDIP harusnya jadi. PDIP harus memilih orang dengan ekstra hati-hati.

Dan ini, menurut dia, yang mungkin membuat sampai sekarang PDIP belum memutuskan. Mereka membutuhkan waktu yang lebih lama untuk memutuskan. Karena diharapkan calonnya adalah jadi. Dan logisnya partai apa pun dalam kontestasi menang.

Lebih jauh Saiful menjelaskan, Puan digadang-gadang untuk jadi calon, itu sangat logis karena beliau adalah pimpinan partai. Barangkali dia adalah orang kedua terpenting di PDIP setelah Megawati.

Baca Juga: Demi Penderita Kanker, Dewa Budjana Rela Jual Gitar Terbaik

Karena itu logis jika ada harapan dari elit atau dari Megawati sendiri agar Puan menjadi calon. Hanya saja, lanjut Saiful, harus dihitung kembali apakah Puan akan menang atau tidak. Bisa menang atau tidak bisa diperkirakan dari sekarang kemungkinannya.

Menurut Saiful, kalau kondisinya seperti sekarang, berat bagi PDIP untuk mencalonkan Puan. Karena kalau Puan misalnya bersaing dengan Prabowo dan Anies, data survei menunjukkan Puan tidak kompetitif.

“Persaingan itu (Puan melawan Prabowo atau Anies) tidak fair karena gapnya terlalu jauh. Kalau Puan harus maju dan PDIP memiliki target untuk menang, maka tantangannya akan sangat berat,” kata Saiful.

Dalam simulasi tiga nama, survei SMRC Desember 2021 sampai Agustus 2022 menunjukkan pergerakan suara Puan dari 10,1 persen menjadi 7,8 persen. Sementara Prabowo Subianto dari 40 persen menjadi 40,2 persen, dan Anies dari 28,1 persen menjadi 27,5 persen.

Baca Juga: Terkuak, Nikita Willy Memilih Melahirkan Anak Pertama di Amerika Serikat

“Kalau Ibu Puan dipaksakan (untuk maju) dengan kondisi seperti ini, harapan PDIP untuk memiliki presiden lagi menjadi susah,” kata Saiful.

Tapi, Saiful melanjutkan, PDIP memiliki pilihan tokoh lain yang potensial. Ini yang membuat PDIP lebih beruntung. Partai-partai lain tidak memiliki stok tokoh potensial. Hanya PDIP yang memiliki keleluasaan karena punya beberapa kader yang populer.

Jika dalam simulasi tiga tokoh itu nama Puan dikeluarkan dan Ganjar yang dimasukkan untuk melawan Prabowo dan Anies, hasilnya suara Ganjar mengalami kenaikan dari 25,5 persen (Mei 2021) menjadi 32 persen (Agustus 2022).

Sementara Prabowo Subianto melemah dari 34,1 persen menjadi 30,8 persen dan Anies relatif stabil dari 23,5 persen menjadi 21,9 persen pada periode yang sama.

Baca Juga: Ucapan Belasungkawa Bayu Skak Saat Kehilangan Cak Sapari, Seniman Ludruk Jawa Timur

Data ini menunjukkan bahwa jika yang dicalonkan PDIP adalah Ganjar, harapan bagi PDIP untuk memenangkan Pilpres dan kembali memiliki presiden menjadi terbuka.

Pertanyaannya mengapa Puan Maharani yang sudah dikenal cukup luas, menjadi anggota DPR sangat lama, di Dapilnya dia memperoleh suara terbanyak di antara calon-calon lain secara nasional, tapi belum kompetitif untuk pemilihan presiden?

Salah satu penjelasannya adalah apakah secara psikologis warga memiliki sikap positif atau tidak padanya, apakah warga suka atau tidak?

Dalam survei Februari sampai Maret 2021, ada 60 persen warga yang tahu Puan menyatakan suka padanya. Pada survei terakhir (Agustus 2022) mengalami penurunan menjadi 44 persen.

Baca Juga: Polrestabes Surabaya Ungkap Penerapan Tilang Lewat HP Masih Banyak Masalah

Ini masalah, kata Saiful, karena tingkat penerimaan publik pada Puan rendah dan cenderung semakin lemah.

Sementara tingkat penerimaan pada Ganjar paling tinggi (83 persen pada survei Agustus 2022). Ini konsisten dengan tingkat elektabilitasnya yang juga tertinggi.

Tingkat penerimaan Anies juga tinggi (74 persen). Dibanding Prabowo (71 persen), tingkat penerimaan Anies lebih tinggi. 

“Gap penerimaan publik pada Puan terlalu jauh dibanding dengan tiga nama lain (Ganjar, Prabowo, dan Anies),” jelas Saiful.

Baca Juga: Polisi Pastikan Tilang Lewat HP hanya di Jalan Umum, Bukan Jalan Kawasan

Salah satu kemungkinan penjelasan dari penerimaan yang rendah pada Puan adalah bahwa masyarakat Indonesia lebih menyukai tokoh yang tidak berasal dari kalangan elit.

Ganjar, Anies, atau Jokowi, kata Saiful, pada dasarnya nobody. Orang Indonesia memiliki kecenderungan menyukai tokoh yang berjuang lebih independen atau tidak bergantung pada kebesaran nama orang lain.

Saiful melihat bahwa jika kecenderungan likeability negatif, maka akan sangat susah untuk membuka peluang karena semakin disosialisasikan, publik justru makin resisten.

Ini, menurut Saiful, harus menjadi perhatian yang sangat serius bagi PDIP jika mereka ingin mempertahankan memiliki presiden yang berasal dari kadernya kembali.

Baca Juga: Miss Indonesia 2022, Audrey Vanessa Bercita Cita Mengharumkan Bangsa di Miss World 2023

Survei ini dilakukan secara tatap muka pada 5-13 Agustus 2022. Populasi survei ini adalah seluruh warga negara Indonesia yang punya hak pilih dalam pemilihan umum, yakni mereka yang sudah berusia 17 tahun atau lebih, atau sudah menikah ketika survei dilakukan.

Dari populasi itu dipilih secara random (stratified multistage random sampling) 1220 responden.  Response rate sebesar 1053 atau 86%.

Margin of error survei dengan ukuran sampel tersebut diperkirakan sebesar ± 3,1% pada tingkat kepercayaan 95% (asumsi simple random sampling).***

Berita Terkait