DECEMBER 9, 2022
Kolom

Catatan Denny JA: Sentimen Nasionalisme di Era Algoritma

image
Ilustrasi (Istimewa)

Media sosial, algoritma, dan kecerdasan buatan memang membawa tantangan baru. Emosi, yang dulu menjadi penggerak nasionalisme, kini dimanipulasi oleh mesin. Polarisasi isu, berita palsu, dan narasi yang diprogram mengancam rasa kebangsaan kita. Namun, di balik itu semua, tersimpan peluang.

Nasionalisme tidak harus mati dalam dunia yang berubah. Justru, ia bisa bertransformasi. Ia bisa menjadi pengingat bahwa, meski kita terhubung secara global, kita tetap memiliki akar yang mengikat kita pada tempat asal.

-000-

Baca Juga: Catatan Denny JA: Inilah Pentingnya Membuat Dokumentasi Sebuah Gerakan

Buku ini terdiri dari 60 esai, yang berasal dari hasil lomba menulis esai yang diselenggarakan oleh Forum Kreator Era AI bersama Denny JA Foundation. 

Lomba ini diadakan dalam rangka memperingati Sumpah Pemuda 2024 dan berfokus pada refleksi puisi esai Denny JA berjudul “Nasionalisme di Era Algoritma”.

Lomba ini melibatkan 941 peserta dan bertujuan untuk mengeksplorasi ide-ide tentang nasionalisme di tengah tantangan era digital. 

Baca Juga: Catatan Denny JA: Spiritualitas di Era Artificial Intelligence

Buku ini memuat karya-karya yang lolos ke babak final, termasuk 15 esai pemenang utama dan karya-karya finalis lainnya.

Ada esai berjudul; Refleksi Nasionalisme di Era Digital: Analisis Puisi Esai Denny JA. Penulisnya Fidelis Roy Maleng

Esai ini menyoroti bagaimana bahasa nasional tetap menjadi elemen fundamental identitas bangsa meski dunia digital terus mencairkan batas fisik. 

Baca Juga: Catatan Denny JA: Membawa Spirit para Sufi ke Era Artificial Intelligence

Cinta tanah air, meskipun terkadang tampak kabur, tetap hidup sebagai ikatan emosional yang dalam.

Halaman:

Berita Terkait