Human Rights Watch Tuduh Israel Menerapkan Tindakan Genosida di Gaza Terkait Akses Air
- Penulis : Abriyanto
- Jumat, 20 Desember 2024 07:08 WIB
ORBITINDONESIA.COM - Human Rights Watch menuduh Israel melakukan "tindakan genosida" di Gaza dengan sengaja merampas akses air yang memadai bagi warga sipil Palestina di sana.
Dikatakan oleh Human Rights Watch bahwa tindakan Israel termasuk merusak infrastruktur air dan sanitasi secara sengaja.
Kelompok kampanye Human Rigths Watch tersebut mengatakan, hal ini mungkin telah menyebabkan ribuan kematian, yang menurutnya juga sama saja dengan "melakukan kejahatan terhadap kemanusiaan berupa pemusnahan".
Baca Juga: Relawan Dokter Razan Al Nahhas di Gaza Alami Keadaan Mengerikan Ketika Pasien Palestina Tiba
Israel menolak laporan HRW sebagai "propaganda".
Dalam sebuah posting di X, juru bicara kementerian luar negeri Israel mengatakan kelompok itu "sekali lagi menyebarkan fitnah berdarah... Kebenarannya adalah kebalikan dari kebohongan HRW".
Laporan setebal 179 halaman tersebut mengatakan bahwa "sejak Oktober 2023, otoritas Israel dengan sengaja menghalangi akses warga Palestina ke jumlah air yang cukup yang dibutuhkan untuk bertahan hidup di Jalur Gaza".
Baca Juga: Kesaksian Antony Blinken di Kongres AS Diteriaki sebagai Penjagal Gaza oleh Massa pro-Palestina
Dikatakan bahwa Israel sengaja merusak infrastruktur, termasuk panel surya yang memberi daya pada pabrik pengolahan, waduk, dan gudang suku cadang, serta memblokir bahan bakar untuk generator.
Dikatakan bahwa Israel juga memutus pasokan listrik, menyerang pekerja perbaikan, dan memblokir masuknya material perbaikan ke Gaza.
"Ini bukan sekadar kelalaian," kata direktur eksekutif HRW Tirana Hassan. "Ini adalah kebijakan perampasan yang terencana yang telah menyebabkan kematian ribuan orang akibat dehidrasi dan penyakit yang tidak lain adalah kejahatan terhadap kemanusiaan berupa pemusnahan dan tindakan genosida."
Baca Juga: Indonesia Desak Israel Patuhi Gencatan Senjata di Gaza Palestina dan Cabut Larangan UNRWA
Laporan tersebut didasarkan pada wawancara dengan puluhan warga Palestina dari Gaza, termasuk pejabat otoritas air, pakar sanitasi, dan pekerja layanan kesehatan, serta citra satelit dan data dari Oktober 2023 hingga September 2024.