Herry Tjahjono: Mereka Hanya Melihat Kegelapan Sembari Memakinya
Oleh Herry Tjahjono
ORBITINDONESIA.COM - Spektakuler. Hanya selama periode Nataru (Natal dan Tahun Baru 2025/2026), tercatat 13 ribu penumpang internasional menggunakan Whoosh. Dan yang menarik, 53% atau sekitar 7 ribu di antaranya adalah wisatawan asal Malaysia yang memanfaatkan libur akhir tahun untuk berwisata ke Bandung (dan kawasan Jawa Barat) .
Lonjakan penumpang juga terlihat di masa libur akhir tahun, dengan volume harian mencapai 22–24 ribu penumpang, naik 20–30% dibanding hari biasa. Sekali lagi, pembukaan ekosistem perekonomian baru terus menggeliat (mobilitas orang, arus barang & jasa, investasi, pariwisata, hunian, UMKM, pekerjaan baru).
Saya pernah menyampaikan, Whoosh bukan cuma soal ekonomi, tapi ada aspek "intangible" yang nilainya tak terukur. Sebuah momentum peradaban baru diraih, pun kebanggaan nasional sebagai bangsa.
Whoosh menawarkan itu semua. Di Asia Tenggara, baru Indonesia yang punya Whoosh–HSR (High Speed Rail). Malaysia masih ETS (Electric Train Service, medium speed). Thailand & Vietnam masih dalam tahap perencanaan HSR.
Ketika para pembenci dan lawan politik masih jalan di tempat dan menjadikannya zona nyaman, Jokowi (saat berkuasa) sudah "memaksakan diri" berjalan beberapa langkah ke depan. Maka lahirlah Whoosh dengan segenap "added value" nya.
Demikian pula dengan IKN (secara gagasan memang dimulai oleh Soekarno), yang harus melewati lima presiden setelah Soekarno–dan harus menunggu kehadiran Jokowi sebagai eksekutor handal. IKN bukan cuma soal nyali untuk mengeksekusi, tapi seperti hal nya Whoosh–IKN juga soal kemampuan berjalan beberapa langkah ke depan ketika sebagian orang masih nyaman jalan di tempat.
Hari-hari ini, semakin terbukti bahwa pembangunan IKN hingga menjelang akhir tahun 2025 telah memberikan dampak yang signifikan dan beragam di berbagai sektor. Baik itu terkait pertumbuhan ekonomi hingga lingkungan.
Setidaknya ada dua dampak utama pembangunan IKN. Pertama, dampak ekonomi berupa "pemerataan ekonomi". IKN bertujuan mengurangi ketergantungan ekonomi pada Pulau Jawa (pusat PDB nasional) dan mendorong pertumbuhan di wilayah timur Indonesia.
Kedua, "penciptaan lapangan kerja". Pembangunan infrastruktur skala besar secara langsung telah berhasil membuka ribuan peluang kerja baru di sektor konstruksi dan jasa. Mengesankan.
Sebagian orang mungkin langsung menuding ini tulisan termul, glorifikasi, penjilat, dan seterusnya. Tapi semua tudingan toksik itu akan dimentahkan oleh berbagai fakta nyata yang terjadi di lapangan, termasuk semua data pendukungnya.
Memang, sikap subyektif dan impulsif akan membuat orang tak bisa melihat sosok Jokowi yang waktu itu sudah berjalan, bahkan meloncat–beberapa langkah di depan, sementara mereka masih sibuk berjalan di tempat. Sering pula, mereka bukan cuma jalan di tempat, tapi melangkah mundur.
Saya pribadi lebih suka memacu langkah saya agar tetap bisa melihat langkah-langkah yang lebih dulu di depan. Agar saya tetap bisa melihatnya. Pun agar saya tak ketinggalan semakin jauh, dan akhirnya hanya bisa melihat kegelapan–sembari memaki-makinya. Saya ogah seperti mereka. Ra sudi.
(Sumber: FB Herry Tjahjono) ***