Melanjutkan Semarak Pasar Modal Menuju Indonesia Emas 2045
- Penulis : Maulana
- Kamis, 31 Oktober 2024 07:25 WIB
ORBITINDONESIA.COM - Pasar modal memiliki peran signifikan dalam membangun perekonomian sebuah negara. Dengan perusahaan yang berkembang di dalamnya akan meningkatkan terbukanya lapangan pekerjaan baru.
Melalui pasar modal, Pemerintah juga dapat menjadikannya sumber alternatif pendanaan, misalnya, dengan menerbitkan obligasi atau surat utang dan menawarkannya ke pelaku pasar, baik institusi ataupun individu.
Begitu pula bagi perusahaan swasta, pasar modal dapat dijadikan sumber alternatif pendanaan, dengan menerbitkan efek dalam bentuk saham ataupun obligasi dan menawarkannya ke pelaku pasar.
Baca Juga: Makin Keren! Ini Keuntungan Pinang Paylater, Permudah Pelaku Usaha Agen BRILink Akses Permodalan
Sejak Pemerintah Indonesia mengaktifkan kembali pasar modal pada 10 Agustus 1977, peran pasar modal sebagai sumber pendanaan dan sarana investasi terus meningkat, khususnya sejak dilakukannya swastanisasi PT Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 13 Desember 1992.
Saat ini atau setelah 47 tahun diaktifkan kembali, pasar modal Indonesia memiliki target- target yang telah dicanangkan sebagai upaya untuk meningkatkan kontribusinya bagi perekonomian nasional.
Dalam waktu terdekat, pasar modal Indonesia memiliki target capaian untuk tahun depan 2025, yang sekaligus tahun awal pemerintahan baru Presiden Prabowo Subianto- Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka.
Baca Juga: Penguatan IHSG dan Optimisme Pasar Modal di Tengah Dinamika Pascapemilu
Dalam jangka menengah, telah juga dicanangkan Roadmap Pasar Modal Indonesia Tahun 2023--2027 yang berisi target- target untuk terus mendorong pertumbuhan ekonomi di Tanah Air.
Optimisme 2025
Pada tahun 2025, pasar saham Indonesia menargetkan rata-rata nilai transaksi harian (RNTH) mencapai Rp13,5 triliun, dengan jumlah hari bursa sebanyak 242 hari.
Baca Juga: Erick Thohir: Dividen BUMN Lebih Besar dari Penyertaan Modal Negara, yakni 55 Persen dan 45 Persen
Asumsi tersebut didasarkan atas adanya tren penurunan inflasi dan suku bunga acuan global, yang mana The Fed telah menurunkan suku bunga sebesar 50 basis poin dan diproyeksikan akan menurunkan lagi pada tahun depan.
Kedua, seperti disampaikan Direktur Utama BEI Iman Rachman, adalah terkait dengan kebijakan ekonomi pemerintahan baru, di mana target gross domestic product (GDP) adalah 8 persen.
Pencatatan efek pada tahun 2025 ditargetkan sebanyak 407 efek yang meliputi pencatatan efek saham, emisi obligasi, dan pencatatan efek lainnya meliputi Exchange Traded Fund (ETF), Dana Investasi Real Estate (DIRE), Dana Investasi Infrastruktur (Dinfra), Efek Beragun Aset (EBA), serta emisi Waran Terstruktur.
Dari 407 efek itu, ditargetkan sebanyak 66 merupakan pencatatan saham, ujar Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna.
Pasar modal Indonesia tidak terlepas adanya peran dari investor, baik institusi maupun individu, yang mana jumlah investor tercatat sebanyak 14,2 juta single investor identification (SID) per 18 Oktober 2024.
Pada tahun depan, ditargetkan ada penambahan sebanyak dua juta investor baru, yang akan dicapai melalui kanal-kanal distribusi, seperti 29 kantor perwakilan, lebih dari 927 Galeri Investasi (GI), serta hampir 200 ribu user di aplikasi IDX Mobile.
Baca Juga: Pilkada Jakarta, Anthony Leong: Ahok Punya Energi dan Modal Sosial Besar untuk Bertarung
Partisipasi investor individu masih akan terjaga sepanjang tahun 2024 selaras dengan meningkatnya partisipasi dari investor institusi, mencerminkan keyakinan investasi di pasar saham Indonesia yang terjaga.
Kemudian, 20 tahun menuju Indonesia Emas 2045, BEI telah menyiapkan 32 rencana kerja (RK) pada tahun 2025.
Rencana Kerja itu ditujukan untuk meningkatkan likuiditas perdagangan, meningkatkan pelindungan investor, menyediakan layanan data yang sesuai kebutuhan pelanggan, hingga menyempurnakan teknologi.
Baca Juga: Prabowo Subianto: Modal Utama Pindah dan Membangun Ibu Kota Negara Nusantara Harus Dari Dalam Negeri
Terkait penyempurnaan teknologi, BEI tengah melaksanakan pembaruan sistem perdagangan dan sistem terdampak yang bertujuan untuk menyediakan sistem perdagangan yang andal dan optimal untuk mengakomodasi pengembangan pasar modal secara berkesinambungan.
Untuk Pembaruan Sistem Perdagangan dan Pengawasan (PSPP), akan dilakukan peningkatan kapasitas pada sistem perdagangan Jakarta Automated Trading System (JATS) Multi Matching Engine (MME).
Kapasitas perdagangan pada JATS MME akan ditingkatkan, dari 7,5 juta perdagangan menjadi 30 juta perdagangan, dengan jumlah order per hari akan meningkat, dari sebelumnya 15 juta order per hari menjadi 120 juta order per hari.
Baca Juga: Dubes Riyad Mansour: Pengakuan Dunia Jadi Modal Dorong Keanggotaan Penuh Palestina di PBB
Akan dilakukan juga peningkatan throughput dari sebelumnya 15 ribu order per second menjadi 50 ribu order per second, dengan 100 ribu order per second pada 60 detik pertama.
Tidak hanya itu, akan ada pula peningkatan implementasi perangkat core network (jaringan inti), dengan teknologi low latency (latensi rendah) yaitu mengurangi latensi, dari 100 microsecond menjadi kurang dari 5 microsecond, untuk mendukung penerimaan dan pemrosesan order yang lebih cepat.
Sebagai upaya pembaruan sistem tersebut, BEI akan mengalokasikan belanja modal atau capital expenditures (capex) senilai Rp275 miliar pada tahun depan 2025.
Seiring dengan itu, perusahaan swasta ataupun badan usaha milik negara (BUMN) juga akan terus didorong untuk melangsungkan initial public offering (IPO) di pasar modal Indonesia pada tahun depan.
Tercatat, banyak perusahaan swasta ataupun BUMN yang telah berkontribusi meningkatkan kapitalisasi pasar (market cap), khususnya anggota indeks LQ45.
Kontribusi perusahaan BUMN bagi pasar modal Indonesia pun cukup signifikan saat ini, tercatat sebanyak lima perusahaan BUMN dan satu anak perusahaan BUMN masuk jajaran indeks LQ45. Roadmap menuju Indonesia Emas 2045.
Kapitalisasi pasar modal Indonesia ditargetkan mencapai senilai Rp15.000 triliun atau 70 persen dari produk domestik bruto (PDB) pada tahun 2027 mendatang, sesuai Roadmap Pasar Modal Indonesia 2023--2027.
Per 19 September 2024, kapitalisasi pasar modal Indonesia telah mencatatkan rekor tertinggi baru yaitu di angka Rp13.475 triliun sehingga bukan hal yang mustahil dalam 2 tahun ke depan kapitalisasi pasar akan mencapai level yang ditargetkan.
Pasar Modal Indonesia membidik jumlah perusahaan tercatat yang meliputi saham maupun Efek Bersifat Utang dan Sukuk (EBUS) mencapai 1.100 perusahaan pada tahun 2027.
Baca Juga: Sri Mulyani Pastikan Dia Ditugaskan Kembali Jabat Menteri Keuangan oleh Prabowo Subianto
Rata-rata nilai transaksi harian ditargetkan mencapai Rp25 triliun pada tahun 2027, dan jumlah investor pasar modal Indonesia mencapai 20 juta single investor identification (SID) pada tahun 2027.
Kemudian, nilai dana kelolaan industri pengelolaan investasi ditargetkan mencapai Rp1.000 triliun pada tahun 2027.
Seiring dengan itu, Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) telah merancang arah kebijakan sektor keuangan dalam rancangan final Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2025--2045, dengan target rasio kapitalisasi pasar modal Indonesia terhadap PDB mencapai 120 persen PDB pada 2045.
Baca Juga: CEO Jacob Mark: Platform LEEDXS Dukung Inovasi Keuangan Digital di Kawasan Asia
“Penguatan pasar modal diharapkan mampu berkontribusi lebih besar dan membantu meningkatkan ketangguhan ekonomi domestik sehingga sasaran pertumbuhan ekonomi dapat tercapai,” ujar Menteri PPN/ Kepala Bappenas periode 2019--2024 Suharso Monoarfa.
Target- target yang telah dicanangkan oleh para pemangku kebijakan tersebut merupakan bagian dari upaya mencapai tujuan Indonesia Emas 2045 mendatang atau tahun di mana Ibu Pertiwi genap berusia 100 tahun.
Dengan target jangka pendek, menengah, hingga panjang yang berhasil diwujudkan, pasar modal akan turut berkontribusi mengeluarkan Indonesia dari perangkap pendapatan menengah dan mengantarkannya menjadi negara maju pada masa mendatang.
Baca Juga: Prabowo Tunjuk Sri Mulyani dan Tiga Wakil Menteri Bertugas di Kementerian Keuangan
(Oleh Muhammad Heriyanto) ***