DECEMBER 9, 2022
Hiburan

Lagu Karya Chrisye Hingga Dewa 19 Disuguhkan Dalam Versi Keroncong di Institut Kesenian Jakarta

image
Penampilan dari Grup Keroncong Pohon Hayat di Institut Kesenian Jakarta pada Jumat, 25 Oktober 2024. (ANTARA/Lintang Budiyanti Prameswari)

ORBITINDONESIA.COM - Lagu "Cintaku" karya Chrisye hingga "Pupus" dari Dewa 19 disuguhkan dalam versi keroncong oleh Grup Keroncong Pohon Hayat di Institut Kesenian Jakarta (IKJ).

Pertunjukan musik oleh grup keroncong Institut Kesenian Jakarta tersebut dimulai sekitar pukul 19.30 WIB dan berakhir sekitar pukul 21.00 WIB, dengan sedikitnya 10 lagu yang dibawakan oleh para musisi yang dipimpin oleh Komposer Liliek Tri Cahyono dengan Direktur Musik Joko Widodo.

"Grup ensemble Keroncong Pohon Hayat ini memang lahir dari akademisi, anak-anak musik semua itu, kami berusaha menampilkan bagaimana lagi sih keroncong, apakah yang konvensional, atau tradisi seperti itu harus ada kemajuan, jadi ditambahkan dengan unsur modern agar lebih banyak peminatnya," kata Liliek ditemui usai konser di Institut Kesenian Jakarta, Jumat, 25 Oktober 2024.

Baca Juga: Direktur Ambon Music Office, Ronny Loppies Paparkan Kolaborasi Kota Musik Dunia Versi UNESCO di Daegu Korea

Konser dibuka dengan lagu daerah asal Betawi, "Jali-Jali", yang dipopulerkan oleh M. Sagi dan diakhiri dengan lagu "Ikan dalam Kolam" karya Husein Bawaffie.

Selain "Cintaku", "Pupus", "Jali-Jali", dan "Iklan dalam Kolam", lagu dari grup musik asal Jakarta Sisitipsi berjudul "Kopral Jono" juga dibawakan dalam pertunjukan keroncong modern tersebut.

"Dari cara pengemasan lagunya, pilihan kami menggabungkannya dengan musik modern, jadi ternyata harus mengemas keroncong sedemikian rupa supaya orang tidak bosan mendengarkan," ucap Liliek.

Baca Juga: Electric Cats, Proyek Musik Nadya Yosefina, Rilis Single Terbaru "Air Mata Bukan Rintik Jenaka”

Dalam konser tersebut juga dipaparkan fakta tentang asal-mula musik keroncong di Indonesia yang awalnya dimainkan oleh kaum Mardijker atau sekelompok bekas tawanan perang yang diperoleh Belanda dan diasingkan di Batavia.

Sekitar 23 orang dari kaum Mardijker tersebut kemudian dibebaskan dan memainkan musik yang awalnya dinamai dengan istilah "Crong-Crong".

Beberapa instrumen musik untuk bermain keroncong diantaranya ukulele, gitar, flute, biola, selo, dan kontrabas.

Baca Juga: Festival Musikal Indonesia 2024 Pertama Kali Tampilkan Karya Difabel

Liliek berharap, ke depan musik keroncong dari Indonesia bisa terus maju dengan ciri khasnya sendiri.

"Suatu saat semoga kita mempunyai orkestra yang lebih baik lagi, kita punya ciri khas sendiri," tutur Liliek.***

Berita Terkait