Menlu Australia Penny Wong Kecam Oposisi yang Tak Dukung Gencatan Senjata di Gaza dan Lebanon
- Penulis : Satrio Arismunandar
- Minggu, 13 Oktober 2024 20:26 WIB
ORBITINDONESIA.COM - Menteri Luar Negeri Australia Penny Wong, Minggu, 13 Oktober 2024, mengecam kelompok oposisi karena tidak mendukung seruan gencatan senjata yang semakin meningkat untuk Gaza dan Lebanon.
Penny Wong mengatakan bahwa pemimpin oposisi, Peter Dutton, bersikap 'ekstrem' karena tidak mendukung seruan gencatan senjata di Timur Tengah, demikian dilaporkan penyiar lokal SBS News.
Komentar Penny Wong muncul setelah senator Liberal James Peterson mengatakan kelompok oposisi menginginkan berakhirnya konflik yang berkepanjangan di Timur Tengah, tetapi menolak mendukung gencatan senjata.
Baca Juga: Ribuan Orang Berunjuk Rasa Dukung Palestina di Australia Jelang Setahun Genosida oleh Israel di Gaza
Wong mengamati bahwa sikap kelompok oposisi terhadap masalah gencatan senjata "bertentangan" dengan komunitas internasional, termasuk Amerika Serikat (AS).
"Beberapa hari yang lalu, Tn. Dutton mengatakan perdana menteri harus dikecam karena menyerukan gencatan senjata," katanya dalam sebuah pernyataan.
"Sekarang kaum Liberal akhirnya menyadari bahwa mereka bertentangan dengan komunitas internasional termasuk Amerika Serikat, yang semuanya mendesak perdamaian -- tetapi dia masih belum bisa melakukannya," kata Wong.
Wong mengatakan Dutton "begitu fokus memecah belah warga Australia atas konflik ini sehingga dia tidak menyadari betapa posisinya terisolasi".
"Kita tahu Tn. Dutton bersikap negatif terhadap segala hal, tetapi bersikap negatif terhadap gencatan senjata yang menyelamatkan nyawa warga sipil dan mencegah eskalasi konflik yang lebih parah adalah hal yang sangat ekstrem," kata Wong lebih lanjut.
Pada awal pekan ini, Dutton menuduh pemerintah Australia berusaha "berpihak pada kedua belah pihak" terkait konflik Timur Tengah.
Israel telah melancarkan serangan udara besar-besaran di Lebanon terhadap apa yang diklaim Israel sebagai target Hizbullah sejak 23 September, menewaskan sedikitnya 1.437 orang, melukai lebih dari 4.123 orang lainnya, dan membuat lebih dari 1,34 juta orang mengungsi.