DECEMBER 9, 2022
Internasional

Empat tewas, 17 Terluka Dalam Penembakan Terencana di Birmingham, Negara Bagian Alabama AS

image
Empat orang tewas dan 17 lainnya terluka pada Sabtu, 21 September 2024 malam setelah beberapa penembak melepaskan tembakan di Birmingham, negara bagian Alabama, AS. ANTARA/Anadolu/py

ORBITINDONESIA.COM - Empat orang tewas dan 17 lainnya terluka pada Sabtu, 21 September 2024 malam setelah beberapa penembak melepaskan tembakan di Birmingham, negara bagian Alabama, AS.

Polisi kini meyakini insiden di Birmingham tersebut merupakan aksi penembakan terencana yang menargetkan seseorang, dengan beberapa korban tak sengaja terjebak dalam baku tembak.

Serangan terjadi sekitar tengah malam di distrik hiburan Five Points South yang ramai, ketika beberapa pelaku tiba di lokasi, keluar dari kendaraan mereka, dan mulai menembak sebelum melarikan diri, menurut Kepala Polisi Scott Thurmond dalam konferensi pers pada hari Minggu, 22 September 2024 yang dikutip oleh Birmingham Times.

Baca Juga: Ari Dwipayana tentang Penembakan Trump: Keamanan Presiden Jokowi Prioritas Tertinggi Bagi Paspampres

Departemen Kepolisian Birmingham, bekerja sama dengan FBI dan lembaga penegak hukum lainnya, sedang menyelidiki penembakan tersebut.

Hingga kini, pihak berwenang belum mengidentifikasi atau menangkap tersangka, dan meminta masyarakat yang memiliki informasi untuk melapor.

Dalam siaran pers polisi, disebutkan bahwa para penembak kemungkinan menggunakan perangkat konversi senapan mesin ilegal, yang mengubah senjata semi-otomatis menjadi senjata otomatis penuh, memungkinkan tembakan terus-menerus hanya dengan satu kali tarikan pelatuk.

Baca Juga: FBI Temukan Perangkat Mencurigakan Kedua di Rumah Thomas Matthew Crooks, Tersangka Penembak Trump

Penggunaan perangkat semacam itu, yang diklasifikasikan sebagai senapan mesin ilegal oleh Biro Alkohol, Tembakau, Senjata Api, dan Bahan Peledak (ATF), telah menjadi perhatian yang semakin meningkat di wilayah tersebut.

Wali Kota Birmingham Randall Woodfin mengecam meningkatnya kekerasan senjata api, menyebutnya sebagai "epidemi."

Polisi percaya para penembak dibayar untuk membunuh target tertentu, sementara korban lain terjebak dalam baku tembak. "Seseorang bersedia memberi uang untuk membunuh orang tersebut," kata Kepala Thurmond.

Baca Juga: Pilpres Amerika Serikat: Oran Routh, Anak Tersangka Penembak Donald Trump, Sebut Ayahnya Pernah ke Ukraina

Pihak berwenang masih berupaya mengidentifikasi target yang dimaksud dan meminta bantuan masyarakat dalam penyelidikan ini.***

Sumber: Antara

Berita Terkait