Pakar Keamanan Pertanyakan Atap yang Tak Aman, Tempat Pria Bersenjata Menembaki Rapat Umum Donald Trump
- Penulis : Satrio Arismunandar
- Minggu, 14 Juli 2024 17:46 WIB
ORBITINDONESIA.COM - Dua mantan agen FBI menyatakan keterkejutannya, karena atap tempat seorang pria bersenjata melepaskan beberapa tembakan ke arah rapat umum Donald Trump tidak diamankan, mengingat betapa dekatnya lokasi tersebut dengan panggung.
Pihak berwenang mengatakan, atap gedung tempat pria bersenjata melepaskan tembakan berada tepat di luar tempat mantan Presiden Donald Trump mengadakan rapat umum pada hari Sabtu, 13 Juli 2024.
Analisis CNN menunjukkan atap tersebut berjarak sekitar 400 hingga 500 kaki (120 hingga 150 meter) dari Donald Trump.
Baca Juga: Ketua DPR AS Mike Johnson Janjikan Akan Lakukan Investigasi Penuh atas Penembakan Donald Trump
FBI mengidentifikasi pria bersenjata itu sebagai Thomas Matthew Crooks, 20, dari Bethel Park, Pennsylvania. Dia dibunuh oleh agen Dinas Rahasia.
Steve Moore, pensiunan agen khusus pengawas FBI yang bekerja sebagai penembak jitu selama dua tahun, mengatakan kepada CNN bahwa atap seharusnya dijaga.
Pensiunan agen lapangan FBI lainnya, Bobby Chacon, juga mengatakan kepada CNN pada hari Minggu, 14 Juli 2024 bahwa dia terkejut tidak ada seorang pun yang menjaga atap, yang dia sebut sebagai “tempat bertengger yang sempurna.”
“Gedung itu… adalah gedung yang paling dekat dengan garis pandang yang jelas ke tempat panggung itu berada. Saya terkejut karena tidak ada orang di atap itu,” kata Chacon.
Moore mengatakan bahwa “fakta bahwa seseorang membiarkan atap itu tidak diawasi, tidak dijaga” bisa jadi merupakan kesalahan dalam perencanaan atau pelaksanaan.
“Mereka bisa saja merencanakan atap itu dan mungkin terjadi sesuatu dalam perencanaan atau pelaksanaan rencana tersebut sehingga tidak dijaga,” katanya.
Baca Juga: Siapa Sebenarnya Thomas Matthew Crooks, si Penembak Beruntun Mantan Presiden AS Donald Trump
Meskipun agen Dinas Rahasia mungkin telah diberitahu tentang lokasi penembak, mereka mungkin memiliki “pandangan yang sangat terhalang,” tambah Moore.