DECEMBER 9, 2022
Buku

Buku Baru: Dari Wukuf di Arafah Sampai ke Pulau Sabu

image
(OrbitIndonesia/kiriman)

Oleh Akmal Nasery Basral*

ORBITINDONESIA.COM - Saat jutaan jamaah haji melakukan wukuf di Padang Arafah pada 9 Zulhijjah tiga pekan lalu (bertepatan 16 Juni 2024), jurnalis senior Linda Djalil mengirimkan puisi berjudul “Wukuf” ke WAG Basralicious, grup pembaca karya-karya saya yang dibentuk pada 2018.

Mantan wartawan majalah Tempo dan Gatra tersebut menuangkan pengalamannya 20 tahun silam saat menunaikan ibadah haji.

Kesyahduan puisi itu membuat saya merespon dengan menggubahnya menjadi lagu, dengan bantuan generator musik artificial intelligence (AI).

Linda, alumnus Sastra Indonesia Fakultas Sastra UI yang pernah belajar piano dari pianis Iravati Sudiarso,   merespon serius.  “Terima kasih, Akmal. Saya menangis mendengar aransemen lagu  ini. Ternyata hebat sekali efek musik dalam memperkuat pesan yang dibawakan kata-kata.”

Tanggapan itu mendorong semangat bereksperimen saya lebih jauh. Saya lirik WAG Poetry Writing Society of Indonesia yang dibangun Profesor Riri Fitria Sari dan Profesor Prijono Tjiptoherijanto, dua Guru Besar Universitas Indonesia yang juga penyuka puisi.

Ada puisi Dr Ibnu Wahyudi, dosen FIB UI, terpampang. Judulnya “Aku Memilih”. Ada juga  karya Gus Nas (HM Nasruddin Anshoriy Ch, pendiri Pesan Trend Budaya Ilmu Giri, Yogyakarta) berjudul “Badai Debu di Muzdalifah”.

Sajak “Aku Memilih” saya prompting dengan genre folk rock dan instrumen mellotron, sedangkan “Badai Debu di Muzdalifah” saya injeksi dengan spirit symphonic rock , deru riff gitar elektrik, dan solo saksofon sebagai pemanis nada.

Di WAG lainnya, Satupena Jakarta, wartawan kawakan Ahmadie Thaha yang kini bertungkus lumus mengelola pesantren di Gadog, Sukabumi, dan Cirebon, mengirim saya teks lirik himne dan mars Pondok Pesantren Tadabbur Al Qur’an. Lirik ditulis penyair Jamal D. Rahman, mantan pemimpin redaksi majalah Horison. “Lagunya sudah dibuat, tetapi sepertinya belum enak didengar ya?” tulis Ahmadie Thaha. Saya pelajari syairnya agar bisa menemukan prompting yang sesuai. Selesai aransemen selesai saya kirim kembali.

Pesan dari Ahmadie masuk lagi. “Alhamdulillah. Mars ini pas banget, penuh gairah, membuat semangat melonjak-lonjak, penuh debar-debur. Terima kasih banyak, dan apresiasi utama kami sampaikan kepada Uda Akmal. Apa boleh ini mars dan himne yang pertama kali musiknya dibuat dengan AI?” tanyanya. Saya jawab, “Kalau di Indonesia sangat mungkin. Kalau untuk dunia saya tidak tahu.”

Halaman:
1
2
3

Berita Terkait