Mantan Wapres RI Jusuf Kalla Tinjau Peleburan Nikel di Smelter Luwu, Sulawesi Selatan Milik Kalla Group
- Penulis : Satrio Arismunandar
- Selasa, 23 April 2024 11:38 WIB
ORBITINDONESIA.COM - Mantan Wakil Presiden RI, Jusuf Kalla (JK) memantau proses peleburan nikelore menjadi ferronikel yang dikelola milik PT Bumi Mineral Sulawesi (BMS) di Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan.
Jusuf Kalla pada kunjungan itu, Senin, 22 April 2024 malam, cukup bangga karena smelter milik perusahaan Kalla Group sudah mulai berproduksi setelah menjalani proses pembangunan dalam lima tahun terakhir.
“Ini dibangun lima tahun terakhir dan hasilnya kita lihat sudah mulai berproduksi,” kata Jusuf Kalla melalui rilis yang diterima di Makassar.
Baca Juga: Mantan Wapres Jusuf Kalla Ikut Solatkan Jenazah Mochtar Pabottingi
Selain itu, Jusuf Kalla tak bisa menyembunyikan rasa bangganya lantaran PT BMS berhasil membuktikan kemampuan SDM dari pekerja dalam negeri.
“Ini membanggakan karena perusahaan ini menggunakan tenaga kerja dalam negeri. Bahkan 80 persen itu berasal dari putra daerah Luwu dan sekitarnya. Sedangkan 20 persen berasal dari beberapa daerah termasuk Jawa,” kata JK lagi.
Ia menyatakan hasil produksi dari PT BMS cukup baik dan bersih. Pasalnya, Smelter tersebut menggunakan pembangkit energi hidro (energy hydro power).
Smelter yang terletak di Kecamatan Bua tersebut satu dari dua smelter di Sulawesi Selatan yang menggunakan hydro power.
“Dengan sumber energi dari air tersebut membuat hasil produksinya itu bisa diterima di negara Eropa dan Amerika,” tegasnya
Rencananya, lanjut JK, PT BMS akan menggelar soft launching pada Agustus 2024 mendatang. Saat ini, PT BMS telah mempekerjakan 1.500 orang tenaga kerja.
Baca Juga: Resmi, Jusuf Kalla Dukung Anies-Muhaimin
Lebih jauh, JK juga mengungkapkan, jika PT. BMS saat ini telah membangun smelter kedua. Nantinya, JK juga memastikan jika PT. BMS akan kembali membangun smelter ketiga dan keempat dalam dua tahun ke depan.
Dengan pengembangan tersebut akan membuka ribuan lapangan kerja bagi masyarakat Sulawesi Selatan dan Indonesia.
JK menyebutkan target produksi pabrik 1 sebesar 33 ribu hingga 36 ribu ton per tahun. Dan saat ini, pembangunan pabrik 2 untuk nikel sulfat bahan baku pembuatan baterai mobil listrik progresnya sudah 40 persen, diperkirakan mulai operasi secara normal pada akhir tahun 2024.
Baca Juga: Adian Napitupulu: Pertemuan Megawati dan Jusuf Kalla Pasti Terjadi
Sementara itu, setiap smelter yang dibangun membutuhkan paling tidak 1.000 tenaga kerja. JK memastikan bahwa seluruh Smelter miliknya lebih mengutamakan pekerja dalam negeri.
Ia kemungkinan hanya akan menggunakan tenaga kerja dari China di bagian konsultan. ***