Menlu Rusia Sergey Lavrov: Dialog Pengendalian Senjata dan Stabilitas Strategis dengan AS Tidak Ada Dasarnya
- Penulis : Satrio Arismunandar
- Selasa, 23 April 2024 01:50 WIB
ORBITINDONESIA.COM - Rusia pada Senin, 22 April 2024, mengatakan, saat ini "tidak ada dasar" untuk mengadakan dialog pengendalian senjata dan stabilitas strategis dengan AS, di tengah perang yang sedang berlangsung di Ukraina. Demikian diungkapkan Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov.
"Tidak ada dasar apa pun untuk dialog pengendalian senjata dan stabilitas strategis dengan Amerika Serikat dalam menghadapi perang hibrida total yang dilancarkan terhadap negara kami," kata Sergey Lavrov dalam pidato lewat video pada Konferensi Nonproliferasi di Moskow.
"Topik-topik ini hanya dapat didiskusikan setelah pemerintah AS meninggalkan kebijakannya yang anti-Rusia dan bermusuhan secara terbuka," kata Sergey Lavrov.
Lavrov menyatakan, upaya untuk mengurangi potensi konflik antara Rusia dan AS harus bersifat “komprehensif” dan didasarkan pada penghentian ekspansi NATO ke arah timur.
Dia juga mengatakan, negara-negara Barat sedang menyeimbangkan “sisi berbahaya” dari konfrontasi militer secara langsung di antara negara-negara nuklir.
Upaya itu menunjukkan, Moskow sangat prihatin bahwa ada tiga negara nuklir di Barat yang menjadi pendukung utama Ukraina, kata Lavrov.
Baca Juga: Rusia Prihatin Atas Eskalasi Berbahaya di Timur Tengah Seiring Dampak Serangan Iran ke Israel
Dia mengatakan bahwa Barat yang dipimpin AS menghancurkan perjanjian-perjanjian setara yang tidak sesuai dengan kebijakan Washington.
Menurut Lavrov, tujuan Barat adalah untuk menciptakan "keuntungan militer sepihak bagi diri mereka sendiri dengan menetapkan batas-batas baru persenjataan nuklir."
Dia menambahkan, AS dan sekutunya sedang memperluas jaringan mereka dengan mengincar negara-negara ketiga untuk mencapai superioritas militer.
Langkah Rusia untuk mencabut ratifikasi Perjanjian Pelarangan Uji Coba Nuklir Komprehensif tahun lalu merupakan “respons logis terhadap tindakan destruktif yang dilakukan AS dan negara-negara Barat lainnya”, kata dia.