Mohammad Agung Ridlo: Perlu Masukkan Penanggulangan Bencana ke Dalam Penataan Ruang untuk Kurangi Risiko
- Penulis : Satrio Arismunandar
- Jumat, 05 April 2024 08:33 WIB
ORBITINDONESIA.COM – Kesadaran akan risiko bencana itu tinggi, maka perlu memasukkan penanggulangan bencana ke dalam penataan ruang, sebagai upaya pengurangan risiko bencana di masa depan. Hal itu diungkapkan Mohammad Agung Ridlo, Sekretaris Umum Satupena Jawa Tengah.
Mohammad Agung Ridlo adalah pembicara dalam diskusi daring tentang buku Bencana Dari Berbagai Perspektif. Diskusi itu berlangsung di Jakarta, Kamis malam, 4 April 2024.
Diskusi yang menghadirkan Mohammad Agung Ridlo itu diadakan oleh Perkumpulan Penulis Indonesia SATUPENA, yang diketuai Denny JA. Webinar itu dipandu oleh Elza Peldi Taher dan Swary Utami Dewi.
Baca Juga: Astaga, 15 Anak di Desa Karang Agung, Ogan Komering Ulu Hanyut Terbawa Arus Banjir
Dalam diskusi itu, Mohammad Agung Ridlo menyatakan, diperlukan kebijakan penataan ruang provinsi, kabupaten, dan kota yang tanggap bencana. Bencana itu terjadi karena manusia tidak memperhatikan alam.
“Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penataan ruang adalah aspek geodesi, geologi, klimatologi, dan legal formal kepemilikan lahan,” jelas ahli planologi tersebut.
Buku berjudul Bencana Dari Berbagai Perspektif: Antologi Esai Lingkungan Hidup itu diterbitkan oleh Satupena Jawa Tengah, akhir tahun 2023. Bencana bisa dilihat dari perspektif hukum, agama, sosial ekonomi, pendidikan dan informasi.
Baca Juga: Akibat Hujan Sejak Rabu, Banjir dan Tanah Longsor Landa Kota Semarang, Jawa Tengah
Buku setebal hampir 500 halaman ini memuat esai 66 penulis, yang resah melihat kondisi bangsa akibat bencana. Tim editor buku ini adalah Mohammad Agung Ridlo, Esthi Susanti Hudiono, dan Nugroho SBM.
Sebagai salah satu editor, dalam diskusi itu Esthi berkomentar, buku ini merupakan cerminan masyarakat sipil yang ahli. Banyak dari mereka yang terlibat sebagai konsultan, peneliti, dan sebagainya.
“Mereka dengan bersimfoni bisa menerbitkan buku ini. Saya kira, ini bisa menjadi agenda Satupena nasional, sebagai prototipe bagaimana daerah-daerah bicara tentang bencana,” tutur Esthi.
Mohammad Agung Ridlo mengungkapkan, antologi esai lingkungan hidup ini melihat dari berbagai perspektif, ditulis oleh para penulis dari berbagai disiplin ilmu dan kalangan, dari berbagai kota di seluruh Indonesia dan perguruan tinggi.