Satrio Arismunandar: Turki Jadi Contoh Negara Muslim yang Lakukan Transformasi Kalender Islam dari Rukyat ke Hisab
- Penulis : Satrio Arismunandar
- Kamis, 28 Maret 2024 21:31 WIB
ORBITINDONESIA.COM – Turki menjadi contoh yang menarik tentang negara mayoritas Muslim, yang melakukan transformasi kalender Islam dari rukyat ke hisab. Hal itu dikatakan Sekjen SATUPENA, Satrio Arismunandar.
Satrio Arismunandar menanggapi diskusi duduk perkara hisab dan rukyat di Jakarta, 28 Maret 2024. Diskusi itu diadakan oleh Perkumpulan Penulis Indonesia SATUPENA, yang diketuai penulis senior Denny JA.
Diskusi yang dikomentari Satrio Arismunandar itu menghadirkan nara sumber KH Mukti Ali Qusyairi, lulusan Universitas Al-Azhar Mesir. Diskusi itu dipandu oleh Anick HT dan Amelia Fitriani.
Baca Juga: Kapan Ramadan 2023 Tanggal Berapa, Ini Ketetapan Hasil Hisab Versi Muhammadiyah
Mengutip penelitian Ahmad Adib Rofiuddin (2022) dari UIN Walisongo Semarang, Satrio menyatakan, Turki memiliki sejarah panjang dalam studi Kalender Islam.
“Sejak masuknya Islam di Turki, Kalender Islam menjadi acuan utama dalam penyelenggaraan kerajaan selama ratusan tahun,” ujarnya.
Lebih lanjut, tutur Satrio, pihak kerajaan juga memberikan perhatian khusus pada pengembangan Observatorium Istanbul, yang dianggap sebagai observatorium tercanggih di dunia saat itu, lebih canggih daripada yang di Eropa Barat.
Observatorium Istanbul bertugas mendukung pelaksanaan penentuan awal bulan Hijriah dengan metode observasi (rukyat).
“Yang menarik, meskipun rukyat yang akhirnya digunakan, metode hisab (perhitungan astronomis matematis) oleh para astronom kerajaan tetap ada sebagai pembanding, untuk mengantisipasi disinformasi,” ungkap Satrio.
“Tetapi setelah selama ratusan tahun berjalan, penggunaan kalender Hijriah kemudian mulai tergeser oleh Sistem Kalender Masehi, seiring dengan runtuhnya Kesultanan Utsmaniyah,” kata Satrio.
Selain mengubah sistem penanggalan, pemimpin baru Republik Turki, Mustafa Kemal Attaturk juga mengubah cara penentuan awal bulan dari pengamatan (rukyat) menjadi perhitungan (hisab).
Ditambahkan Satrio, meski telah mengalami banyak perubahan sejak lahirnya Republik Turki, namun perhatian pemerintah Turki terhadap Kalender Islam tetap terus berlanjut.
“Turki sukses menyelenggarakan konferensi Internasional Unifikasi Kalender Hijriah pada 1978. Kemudian, pada 2016 Turki juga mengadakan acara yang sama dan memperkenalkan kriteria Turki 2016,” lanjutnya.
Kriteria ini, kata Satrio, sempat menjadi acuan beberapa negara dalam menentukan awal bulan Hijriah. Tetapi juga banyak kritik dilontarkan terkait Kriteria Turki 2016.
“Dengan segala plus dan minusnya, bagaimanapun kita perlu memberikan apresiasi kepada Turki atas peran aktifnya dalam pengembangan wacana kalender Islam Global,” pungkas Satrio. ***