Cerita Ringan Ramadan: Berbagi Bansos Tanpa Pamrih Bikin Bahagia

ORBITINDONESIA.COM - Buka puasa Rabu kemarin makanan berlebihan. Aku masak sayur dan ayam. Tetiba jam 16.00, downline MLM istriku berdatangan. Maklum leader. Semua tamu bawa makanan. Ada ayam dan ikan pepes, risol isi daging, kolak, dan lain-lain. Untuk buka puasa dan sahur, tak habis. 

Sebetulnya jam 21.00 malam aku mau bungkus dan bagikan ke pemulung di jalan raya Perumnas Tiga Bekasi, seperti biasa. Tapi hujan lebat. Tak jadi.

"Ini lebihan makanan untuk siapa ya?" pikirku. Beruntung, tadi habis salat subuh ada pemulung lewat depan rumah.

"Bu, aku ada lebihan makanan sahur. Ibu mau?"

"Mau, pak," katanya.

"Tunggu bentar, aku bungkusin dulu." Sayur tahu udang terong aku masukin boks. Risol dan lontong, plus nasi ayam bakar, aku bungkus kertas. 

Wah, tak ada sendok. Ya udah, sendok makan perak di rumah aku ambil satu (dalam hati kalau istriku tahu pasti mencak-mencak). Semua aku bungkus. Beres.

"Ini, bu, untuk sarapan atau makan siang," ujarku.
"Aku puasa, pak," katanya. 

"Ya udah, untuk anak-anak di rumah." Si ibu kelihatan senang. Aku  juga senang. Pancaran kebahagiaan si ibu langsung memantul ke aku. Tetiba ada rasa senang dan puas bisa berbagi. Pohon belimbing depan rumahku ikut tersenyum. 

Lalu, aku lihat emperan di bawah gardu listrik samping rumah. Aku mau lihat, apakah makanan semalam yang aku suguhkan untuk kucing sudah habis? Ternyata, habis. 

Alhamdulillah. Puji Tuhan. Bisa ngasih makan kucing liar. Aku pikir, kucing tidak doyan rendang sapi.

Ya, aku menemukan rendang sapi cukup banyak di kulkas, yang lupa kapan naruhnya. Kucium, masih  segar. Bau rendang tulen. Berarti masih layak konsumsi.

Aku  hangatkan rendang  Aku cowel sedikit, ternyata masih enak. Tapi aku tak berani menyantapnya untuk lauk makan. Soalnya di kulkas kelihatan sudah lama.

Mau aku kasih ke pemulung, juga tak berani, takut sudah tak enak. Ya udah, aku kasih ke kucing aja. Dan ternyata kucing menyukainya. Senang aku. 

Nah, itulah bansosku yang tanpa pamrih. Pemulung dan kucing ikut senang. Karena asli dari uangku. Bukan ambil dari APBN. 

(Oleh: Syaefudin Simon, kolumnis) ***