Denny JA: Seruan Hukuman Mati Buat Penulis Sastra Seperti Salman Rushdie Belum Tentu Mewakili Islam
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Kamis, 25 Agustus 2022 21:22 WIB
Bagi yang tidak setuju pada karya Rushdie, ada empat opsi tindakan. Pertama, bawa saja Rushdie ke pengadilan, biar pengadilan yang memutuskan.
Kedua, aksi protes damai. Ketiga, bikin kampanye boikot jangan membeli karya ini. “Keempat, di medsos kini ada cancel culture, kampanye stop following di media sosial, yang terbukti efektif membuat seorang selebritas ditinggalkan pengikutnya,” jelas Denny.
Sejak Rushdie diserang di New York, ada dua respon atas penikaman itu. Beberapa suratkabar Iran dan Lebanon memuji orang yang menikam Rushdie.
Suratkabar garis keras Kayhan, yang pimpinan redaksinya ditunjuk oleh pemimpin spiritual Iran Ayatullah Ali Khamenei, menulis: “Selamat untuk sang pemberani dan taat yang menyerang si murtad.”
Baca Juga: Rayhan Utina Dipanggil Shin Tae-Yong, Firman Utina: Berjuang Boy
Serangan ke Rushdie dianggap pembalasan atas penghinaan terhadap Islam dan Nabi Muhammad.
Sedangkan The Guardian, Inggris, yang mewakili perspektif dunia Barat, memandang penikaman terhadap Rushdie sebagai ancaman pada kebebasan beropini.
“Jika kita tidak membela kebebasan berbicara, kita hidup dalam tirani. Salman Rushdie menunjukkan hal itu.”
Kolumnis The Washington Post di AS menulis: “Salman Rushdie mungkin akan pulih, tetapi kebebasan berekspresi, tidak.”***