Semiotika dan Hermeunetika Patung Wayang Roboh di Depan Balaikota Surakarta.
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Minggu, 12 November 2023 13:00 WIB
Patung tokoh wayang itu roboh dan tak bisa diperbaiki lagi, selain tangannya patah semua kepalanya terpenggal, terpisah dari badannya.
Bagi wong Solo, tentu memiliki interpretasi dalam membaca tanda-tnda dan memaknai sinyal dari alam dalam semiotika (ilmu tentang tanda) dan hermeunetika (ilmu tentang makna) ala jawa secara pemahaman mendalam, seperti yang digambarkan Clifford Geertz dalam The Interpretation of Cultures.
Patung tokoh-tokoh idola Joko Widodo itu tumbang oleh angin. Begitu pula Gatotkaca ksatria setengah raksasa yang kesaktiannya bahkan tahta raja Pringgadani kesemuanya adalah pemberian, bukan pencapaian (achievement). Gatotkaca mati muda dalam Bharatayudha. Saya tidak sedang berandai-andai siapa si Gatokaca itu.
Baca Juga: Jika Semua Pahlawan Super MCU Dimasukkan ke Arena Hunger Games, Siapa yang Bertahan?
Di dunianya kita sedang melihat perilaku pangeran yang tidak memiliki rasa malu, sebagai produk hukum yang tidak memiliki legitimasi.
Etika Jawa dalam pemerintahan berlaku, "esem bupati semua mantri dhupak kuli". Untuk menegur level bupati cukup dengan senyuman kecut, level mantri diperingatkan dengan kata-kata kiasan, sedang level kuli dibutuhkan tindakan fisik atas perilaku yang tidak benar.
Rupanya hal itu tidak berlaku bagi sang Il Principe, walaupun alam telah mengirimkan alamat.
Kearifan budaya Jawa telah diingatkan oleh KGPAA Mangkunagara IV dalam pupuh pertama tembang pucung Serat Wedhatama, "ilmu iku kalakone kanthi laku", ilmu itu bisa dikuasai dengan belajar secara tekun.
Baca Juga: Perintah Eksekutif Biden tentang Kecerdasan Buatan atau AI Adalah Awal yang Baik, Namun Belum Cukup
Segala sesuatu itu bisa dicapai dengan sempurna melalui pencapaian, bukan pemberian, hadiah, atau malah produk konspirasi dengan menabrak hukum dan peraturan perundang-undangan.
Siapapun yang melakukannya hanya akan mencapai kemuliaan semu dan nama keluarga besarnya akan diingat sebagai berperangai buruk sepanjang masa.