DECEMBER 9, 2022
Orbit Indonesia

Hendrajit: Membaca Ulang Novel The Great Gatsby

image
Pengamat Geopolitik Hendrajit. (Net)

ORBITINDONESIA.COM - Baca ulang novel Scott Fitzgerald The Great Gatsby selalu membuka kesadaran baru.
 
Menurutku si penulis bukan cuma berhasil menggambarkan karakter tokoh cerita mewakili aneka sifat dan watak manusia. Bahkan para tokoh cerita mewakili wajah biografis, wajah geografis dan wajah ekonomi politik Amerika.
 
Yang paling menarik adalah penggambaran Jay Gatsby sang tokoh utama. Sosok pria kaya raya dan berwawasan luas. Namun punya kecenderungan kuat untuk berjarak terhadap harta kekayaannya. Tipikal orang kaya yang tidak mau disetir kekayaannya.
 
 
Ini kontras dengan perwatakan Tom Buchanan. Mantan pemain bisbol yang juga kaya raya berkat puncak popularitasnya pada usia 21 tahun. Tapi di usia 30 tahun, popularitasnya usai sudah. Meski kaya raya namun merasa hampa dan tidak tahu siapa sejatinya dia.
 
Daisy, isteri Tom. Tipikal umumnya perempuan Amerika kulit putih. Mapan. Asyik dengan dunianya sendiri sebagai kelas menengah perkotaan. Dan punya rasa kulit putih adalah ras unggulan. Hanya saja terbenam di bawah sadar.
 
Jordan Baker, teman dekat Daisy dan pacar Nick Cartway si tokoh aku dalam novel ini juga menarik. Mewakili sisi baik dari orang Amerika. Keras kepala. Lugu namun berkemauan keras. Tapi bagusnya, ada hasrat kuat untuk melawan keraguan dari dalam diri maupun dari lingkungan masyarakat.
 
Nick Cartway seperti juga Gatsby, menurutku merupakan wakil cara pandang orang Eropa yang mewarnai Amerika. Dengan segala kebaikan dan keburukannya.
 
 
Namun sosok kaya raya Gatsby yang tidak tunduk pada harta benda malah mewakili sisi berbahaya dari Amerika. Saya melihat Gatsby seakan sosok John D Rockefeller. Juragan minyak dan tambang Amerika.
 
Gatsby sontak merupakan personifikasi Amerika sebagai penjajah. Bukan cuma itu. Gatsby bahkan mewakili hasrat Amerika membentuk imperium kekuasaan melebihi hasrat jadi orang kaya.
 
Bukan itu saja. Bahkan gambaran sejatinya kapitalisme global berbasis korporasi. Yang mana hasrat Amerika membangun imperium kekuasaan politik melebihi hasrat untuk sekadar jadi orang kaya.
 
Sepertinya bukan kebetulan jika Gatsby dengan Daisy, begitu juga Nick dengan Jordan,dalam cara pandang si penulis, harus jadi soulmate atau pasangan jiwa. Meskipun harus berakhir jadi tragedi.
 
Kalau tidak, maka berarti bukan Amerika namanya. Itulah sekelumit kesan saya setelah baca novel Fitzgerald yang meski dibaca berulangkali ada hal hal baru yang dipelajari.***

Berita Terkait