Idul Ghadir, Festival Muslim Syiah yang Merayakan Ali Sebagai Pemimpin Umat Penerus Nabi
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Selasa, 23 Agustus 2022 11:47 WIB
Haji Wada adalah ibadah haji perpisahan. Haji terakhir dan satu-satunya yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW.
Sepulang melakukan Haji Wada di Makkah, rombongan Rasulullah pulang menuju Madinah. Di tengah perjalanan, rombongan sempat singgah di Ghadir Khum. Di tempat ini, Nabi Muhammad SAW menyampaikan khutbah.
Teks Khutbah ini dengan sanad-nya berasal dari kitab al-Wilayah fi Thurug Ahadits al-Ghadir. Kitab ini ditulis oleh al-Hafidz Abi Ja'far Muhammad bin Jarir ath-Thabari. Atau, yang lebih dikenal dengan Ibnu Jarir ath-Thabari.
Baca Juga: Citra Mahasiswa Jalur Mandiri Jadi Rusak Karena Kasus Rektor Unila yang Ditangkap KPK
Menurut teks itu, Rasulullah SAW mengatakan: “Sesungguhnya aku diperintahkan Allah melalui Jibril, supaya berdiri di tempat keramaian ini, dan memberitahukan bangsa putih dan hitam bahwa Ali bin Abi Thalib adalah saudaraku, washi-ku, penggantiku dan imam sepeninggalku. Tidak diperkenankan siapa pun menyandang gelar Amirul Mukminin sepeninggalku selain dia.”
Kemudian Rasulullah SAW mengangkat Ali tinggi-tinggi. Sebegitu tingginya, sehingga kakinya sejajar dengan lutut Rasulullah.
Kaum Syiah percaya bahwa penyebutan ke Ali itu bukan cuma di Ghadir Khum. Nabi Muhammad menyebutkan dan menekankan suksesi ke Ali bin Abi Thalib setelah itu di tempat lain. Seperti peristiwa Yom al-Dar dan kisah perang Tabuk.
Fitur yang membedakan Ghadir Khum dari tempat lain adalah adanya ikrar kesetiaan. Ini sesuai dengan kebiasaan umum Arab waktu itu.
Baca Juga: Gara-Gara Amplop Irjen Ferdy Sambo, LPSK bakal Datangi KPK Hari Ini
Ada kesetiaan semua 120.000 orang yang hadir pada ritual haji. Dan setelah itu mereka hadir di Ghadir Khum.