DECEMBER 9, 2022
Orbit Indonesia

Dosen IPB : Keamanan Produk Menjadi Pertimbangan Utama Pemilihan Kemasan Pangan

image
Ilustrasi produk AMDK (air minum dalam kemasan) galon guna ulang. Kemasan pangan ini dianggap aman.

“Jadi, pertimbangan umur simpan juga sangat berpengaruh dalam memilih bahan kemasan, yang bertujuan untuk melindungi produknya dari kerusakan,” ucapnya.

Kemasan juga bisa diklasifikasikan berdasarkan frekuensi pemakaian. Dalam hal ini, kemasan terbagi menjadi kemasan sekali pakai (disposable) dan kemasan yang dipakai berulang kali (multitrip).

Contoh kemasan sekali pakai adalah bungkus plastik untuk es, permen, bungkus dari daun-daunan, karton dus minuman sari buah, dan kaleng hermetis, galon PET. Sedang kemasan yang dapat dipakai berulang kali (multitrip) contohnya botol minuman, botol kecap, botol sirup, dan galon Polycarbonate.

Baca Juga: Efek Pygmalion Bisa Berdampak Positif Pada Kinerja

Jadi, kata Nugraha, memilih kemasan itu tidak sembarangan dilakukan. Ada alasannya kenapa perusahaan makanan atau minuman itu menggunakan kemasan untuk produk-produk mereka. “Dan soal keamanannya, itu kan sudah ada aturannya dari BPOM bahwa kemasan yang digunakan itu harus food grade,” ujarnya.

Hal senada juga disampaikan Dosen IPB lainnya, Purwiyatno Hariyadi. Dia mengatakan laju perubahan mutu produk pangan dipengaruhi oleh banyak faktor, mulai dari kondisi bahan baku sampai pada kondisi penyimpanan dan penjajahannya.

Menurutnya, dalam upaya mengelola mutu produk pangan, semua faktor-faktor ini perlu diidentifikasi dengan baik, sehingga upaya penjaminan mutu produk sampai produk tersebut diterima dan dikonsumsi konsumen bisa dicapai.

Profesor yang menekuni bidang Food Process and Engineering Laboratory ini mengatakan semua kemasan, baik itu berupa kaleng, galon, dan lain-lain, mempunyai peranan sangat penting dalam melindungi produk yang dikemas.

Baca Juga: Pejuang CASN Harus Tahu! Ini Passing Grade PPPK 2023

Karena itu, pemilihan bahan pengemas yang tepat serta proses pengemasan yang baik sangat penting untuk menentukan masa kadaluarsa produk pangan yang dikemas. Bisa dibayangkan betapa repotnya industri harus menangani susu, air mineral yang mau dijual jika tidak dilakukan pengemasan.

“Karena itu, pemilihan bahan pengemas harus dilakukan secara tepat, dengan memperhatikan interaksi antara bahan pangan, bahan pengemas dan lingkungannya. Dengan demikian, kerusakan bahan pangan bisa dikendalikan dengan baik pula,” tuturnya.

Secara umum, kemasan pangan juga berfungsi melindungi produk pangan yang dikemas, baik terhadap kerusakan fisik (benturan, gesekan, goresan, dan lain-lain) maupun kerusakan kimia (karena bereaksi dengan oksigen dan air) dari lingkungan.

Kemasan pangan juga berfungsi mencegah terjadinya kontaminasi, baik kontaminasi karena mikroorganisme, serangga, binatang pengerat, ataupun bahan-bahan kimia pada produk pangan yang dikemas.

Baca Juga: Sudah Tiga Tahun Menderita Kanker, Vidi Aldiano Tulis Pesan yang Bikin Haru

Berdasarkan karakteristik fisiknya, bahan pengemas bisa dikelompokkan menjadi pengemas kaku (rigid), fleksibel atau kombinasinya.

Misalnya, kemasan primernya menggunakan bahan pengemas fleksibel dan pengemas sekundernya menggunakan bahan pengemas kaku. Pengemas rigid, bisa berupa kaleng (tin can atau aluminium) maupun gelas. Pengemas fleksibel bisa berupa alu foil dan plastik.

Kata Purwiyatno, dengan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya pangan dalam kaitannya dengan kesehatan dan kebugaran tubuh, maka peranan pengemasan pangan pada masa yang akan datang akan semakin penting.

“Jadi, kemasan pangan tidak hanya akan semakin sulit dipisahkan dari proses produksi pangan, tetapi sekaligus juga merupakan satu kesatuan dengan identitas produk pangan, branding dan marketing yang sangat penting bagi bisnis pangan,” katanya.***

Halaman:
1
2

Berita Terkait