DECEMBER 9, 2022
Orbit Indonesia

Beda Pemahaman Antara Wartawan dan Protokol Istana Terkait Tata Krama Peliputan Pejabat Tinggi

image
Wartawan mewawancari Menteri Investasi Bahlil Lahadalia di Istana Kepresidenan Jakarta, Jumat 8 September 2023. Protokol istana harus paham.

ORBITINDONESIA.COM - Baru-baru ini, dalam acara KTT ASEAN di Jakarta, sempat tejadi ketegangan antara wartawan VOA Patsy Widyakuswara dengan protokol istana presiden. Gara gara Patsy bertanya dengan nada seperti berteriak pada petinggi negara.

Staf protokol istana sekarang mungkin perlu dibrief oleh wartawan atau staf Deplu, yang biasa bertugas di luar negeri dan paham mengenai kebiasaan pers di luar negeri.

Di banyak negara demokrasi, wartawan melontarkan pertanyaan dari jarak jauh, dengan suara nyaring kepada pejabat adalah soal biasa. Protokol istana harus mengerti, ini tidak ada hubungannya dengan sopan santun.

Baca Juga: Lagu Halo-Halo Bandung Dijiplak, Andreas Hugo Pareira PDIP: Indonesia Perlu Kirim Nota Protes ke Malaysia

Wartawan perlu segera menyampaikan beritanya -- apalagi dalam siaran live--- kepada pendengar/pemirsanya.

Beberapa belas tahun lalu, ketika Presiden Amerika Serikat, George Bush, berjalan di samping Presiden Soeharto dari Istana Merdeka ke Istana Negara, saya berteriak: "Mr. President, what's the results of the meeting?"

Bush mengangkat tangan kanannya, tersenyum, sambil menunjuk ke arah depan. Jawabannya tidak terdengar, tapi jelas maksudnya, "Nanti, di konferensi pers (karena ada jadwal untuk itu)."

Presiden Soeharto, yang juga mendengar pertanyaan saya, hanya menoleh sambil senyum ke arah wartawan. Tapi saya tidak diusir oleh Paspampres.

Baca Juga: TULISAN BERSERI 10 PAKAR: Peluang Ganjar Pranowo Pada Pilpres 2024 dan Isu Kemiskinan di Jawa Tengah

Yang berkomentar "Kok teriak, sih" justru seorang wartawan lokal, yang baru hari itu tampak di kalangan wartawan istana.

Mungkin dia, seperti juga petugas protokol yang melarang Patsy Widyakuswara, tidak biasa/pernah melihat pertanyaan semacam itu dari wartawan di luar negeri.

Wartawan Inggris yang meliput kegiatan perdana menteri Inggris, sampai sekarang hampir setiap hari melontarkan pertanyaan mereka dari seberang kantor perdana menyeri di No. 10 Downing Street, kepada PM dan pejabat yang keluar masuk gedung itu.

Jadi perlulah staf protokol dibrief mengenai kelakuan pers yang bisa ditolerir dalam acara-acara kenegaraan. Main larang, cabut kartu pers/pas masuk, bukan perbuatan terpuji bagi petugas. Semoga ini peristiwa terakhir yang serupa itu. Terima kasih. Salam.

(Oleh: Abdullah Alamudi) ***

Berita Terkait