Buat yang Sering Menghabiskan Waktu dengan Rebahan, Dokter Spesialis Jiwa Sebut Malas Gerak Tanda Depresi
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Selasa, 12 September 2023 07:47 WIB
ORBITINDONESIA.COM- Buat generasi muda yang sering menghabiskan waktu dengan rebahan berlebihan atau malas gerak, ternyata perlu diwaspadai.
Sebab praktisi kesehatan spesialis jiwa dari Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Prof dr I.G.N.G Ngoerah, Denpasar, dr Ida Aju Kusuma Wardani, menyebutkan malas gerak bisa menjadi salah satu tanda depresi.
Depresi memang memiliki banyak ciri. Namun ternyata malas gerak juga jadi salah satu indikatornya. Berikut penjelasannya.
Ida menyebutkan kehilangan minat pada suatu rutinitas tertentu seperti bekerja atau melakukan hobi seperti olahraga, juga merupakan salah satu tahapan yang harus diwaspadai sebelum pada tahap depresi yang lebih berat.
"Seperti tidak ada energi, mager (malas gerak), menarik diri dari lingkungan, dan sulit tidur, merupakan beberapa tanda depresi yang perlu dibantu," kata Ida, dikutip dari Antara, Selasa 12 September 2023.
Selain itu, sambungnya, perilaku seperti putus asa, perasaan bahwa diri tidak berguna, serta harapan yang terlalu tinggi namun tidak sesuai dengan usaha yang dilakukan juga perlu diwaspadai setiap orang sebagai gejala dari depresi.
Baca Juga: Polusi Udara di Jakarta Semakin Parah, Ini Dia Fakta Mencengangkan Terhadap Kesehatan Tubuh
Pada tahap depresi yang lebih berat, kata dia, seseorang yang mengalami depresi umumnya lebih sensitif dan cenderung mengatakan bahwa dirinya "sudah bosan hidup" atau "tidak tahan dalam menghadapi cobaan kehidupan".
"Dengan hal seperti itu, berarti individu tersebut memiliki kerapuhan dalam kepribadiannya, maka harus dibantu," ujarnya.
Ida mengimbau agar setiap orang mewaspadai dan merangkul kerabat atau famili yang mengalami sejumlah gejala tersebut serta mencegah untuk melakukan percobaan bunuh diri.
Baca Juga: Kementerian ESDM Buka Lowongan CASN 2023: Ini Syarat, Formasi dan Jadwal Lengkapnya
Dia menegaskan percobaan bunuh diri merupakan perbuatan negatif, yang hanya berakibat pada dua hal yakni merenggut nyawa atau menjadikan seseorang cacat di sisa hidupnya.
Oleh karena itu dalam memperingati Hari Pencegahan Bunuh Diri Sedunia pada 10 September, Ida mengajak kepada setiap orang untuk berkonsultasi kepada ahlinya untuk mencegah dampak yang lebih buruk dari depresi.
"Tidak harus ke spesialis kejiwaan/psikiater, carilah solusi mana yang paling bisa didapatkan, bisa psikolog atau kalau adanya dokter umum juga boleh, yang penting ada bantuan tenaga medis, agar tidak terpuruk, karena dengan sosialisasi dapat menciptakan harapan melalui tindakan," tuturnya.***