India Menjadi Bharat, Apakah Nama Indonesia Perlu Diganti Juga
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Selasa, 12 September 2023 10:10 WIB
Istilah Indonesia dipopulerkan di Asia sebagai istilah akademik oleh etnografer Jerman, Adolf Philipp Wilhelm Bastian (1826-1905). Nama Indonesia pertama kali digunakan secara politik pada 1920-an. Menjadi resmi sebutan Indonesia saat Soempah Pemoeda tahun 1928.
Kalau mengikuti India, ya ganti nama negara. Indonesia pemberian nama kaum kolonialis, bukan lahir dari negeri ini. Cuma, mau ganti nama baru apa ya? Bisa saja ganti dengan Jawi, karena sebelum Indonesia ada, kawasan nusantara disebut Jawi.
Atau nama yang berbau Arab, karena orang kita pada umumnya suka itu. Atau, nama berbau sanskerta seperti halnya di dunia militer suka menggunakan istilah dari bahasa zaman dulu itu. Atau, akronim, misal Negara Srima, Sriwijaya Majapahit. Atau, apa lagi ya. Ini hanya umpama saja.
Tapi, perubahan nama negara tak semudah yang kita bayangkan. Tak cukup hanya potong kambing. Mengubah nama negara berarti mengubah UUD 45. Berat urusannya.
Bukan berarti tidak bisa, cuma pasti menimbulkan polemik. Soal nama saja pasti ribut. Istilah Nusantara saja sempat jadi polemik, namun akhirnya bisa juga ketuk palu di DPR RI.
"What's in a name? That which we call a rose by any other name would smell as sweet," kata William Shakespeare (1564 - 1616), pujangga terbesar Inggris.
Artinya, “Apalah arti sebuah nama? Andaikata kita memberikan nama lain untuk bunga mawar, ia tetap akan berbau wangi.”
Apalah arti sebuah nama. Indonesia tetaplah Indonesia. Begitu ya. Namun, di kalangan umat Islam, nama itu adalah doa. Ada baiknya setiap nama mengandung doa atau mencerminkan kebaikan.
So, apakah Anda setuju nama Indonesia diganti nama baru, atau tidak? Silakan jawab sendiri ya...he..he...he.