Perang dan Kehancuran Total, Hasil Model Eskalasi Konflik Pakar Austria, Friedrich Glasl
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Senin, 11 September 2023 09:10 WIB
Lebih jauh lagi, Glasl menganggap perang Ukraina sebagai tiga konflik yang saling terkait: pergolakan geopolitik antara Barat dan seluruh dunia, perang antarnegara antara Rusia dan Ukraina, dan konflik intra-Ukraina antara kelompok pro-Barat dan pro-Rusia. .
Namun, model eskalasi yang dikemukakan Glasl menunjukkan bahwa konflik dapat dibalikkan, jika kedua belah pihak dapat memanfaatkan peluang untuk melakukan deeskalasi dan beralih dari aksi militer kembali ke diplomasi.
Pelajaran mendasar di sini adalah bahwa ada dua sisi dalam suatu situasi, dan kita harus belajar mempertimbangkannya dari sudut pandang pihak lain.
Seperti yang harus kita ketahui setelah dua perang dunia, konflik merupakan jalinan logika dan emosi yang mudah berubah, dan sebuah insiden kecil – misalnya pembunuhan Adipati Agung Austria, Franz Ferdinand – dapat mengakibatkan mobilisasi pasukan secara cepat, dan memicu peperangan. Namun, lebih mudah untuk terlibat dalam perang daripada keluar dari perang.
Perdamaian hanya bisa terwujud bila para pemimpin politik sadar dan menyadari bahwa perang hanya akan menyebabkan perang yang lebih besar. Di era nuklir, peperangan bisa berakhir dengan kehancuran semua orang.
Para pemimpin politik harus turun tangan demi perdamaian, atau menghadapi keruntuhan segalanya, baik secara ekonomi, politik, dan eksistensi. Tidak ada kemenangan yang bisa diraih dalam perang nuklir, dan tidak akan ada lagi status quo. Inilah mengapa perdamaian adalah satu-satunya pilihan nyata. ***