Indonesia dan BRICS: Dari Tepian ke Pusat Panggung Dunia
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Minggu, 10 September 2023 08:25 WIB
Konflik antara Rusia dan Ukraina adalah salah satu peristiwa geopolitik terpenting dalam dekade ini. Bagi BRICS, situasi ini menjadi ujian solidaritas.
Meskipun setiap anggota BRICS memiliki kepentingan dan agenda masing-masing, mereka tampaknya menemukan titik temu dalam mendukung Rusia.
Terbukalah sebuah fenomena baru yang tidak terduga oleh negara manapun. Yaitu, di samping ada krisis pangan dan energi, kemudian ada kristalisasi di mana negara BRICS itu membuktikan solidaritasnya.
Mereka tidak mau taat kepada ancaman Barat. Misalnya, tekanan untuk tidak membeli energi dari Rusia, itu diabaikan. BRICS relatif netral, tapi juga agak berpihak secara ekonomi terhadap Rusia.
Baca Juga: Herman Khaeron Demokrat: Akan Ada Pertemuan Megawati dan SBY
Hal ini menunjukkan bahwa geopolitik modern tidak hanya didasarkan pada aliansi ideologi, tetapi juga interaksi kepentingan ekonomi dan strategis. Keseimbangan antara keduanya memerlukan diplomasi yang cermat dan fleksibel.
Pertimbangan Indonesia
Potensi ekonomi Indonesia membuatnya sering disebut-sebut sebagai kandidat anggota baru BRICS. Namun, seperti halnya keputusan besar lainnya, bergabung dengan BRICS bukanlah tanpa pertimbangan.
Keuntungan seperti akses pasar lebih luas, kerja sama investasi, dan dukungan dalam forum internasional, tentu sangat menarik. Namun, ada risiko konflik kepentingan.
Terutama karena Indonesia memiliki hubungan dekat dengan beberapa negara, yang mungkin berseberangan dengan anggota BRICS di beberapa isu.