DECEMBER 9, 2022
Orbit Indonesia

BOCORAN INVESTIGASI: AS Melalui NED yang Didirikan Pentolan CIA Kembali Rancang Revolusi di Indonesia

image
Ilustrasi CIA, badan intelijen AS yang diduga kembali merencanakan revolusi di Indonesia melalui NED.

ORBITINDONESIA.COM - Situs berita sayap kiri Amerika yang didirikan Mnar Adley, MintPress News, baru baru ini mengungkapkan bahwa NED (National Endowment for Democracy) --sebuah lembaga yang didirikan para pentolan CIA yang terkenal kejam-- kini diketahui sedang merancang "revolusi warna" (color revolution) di Indonesia.

BIN telah mencium upaya jahat AS untuk mencampuri urusan politik dalam negeri Indonesia, tetapi tampaknya NED yang diisi pentolan CIA tidak ambil pusing.

NED berkepentingan mendongkel Presiden Jokowi, sebagaimana dulu CIA dibantu MI6 berhasil mendongkel Presiden Soekarno yang tidak disukai AS dan memasang Jenderal Soeharto hingga menjadi diktator selama 32 tahun.

Baca Juga: Timnas Indonesia Menang Lawan Turkmenistan, Erick Thohir Disanjung Suporter

Lebih dari satu juta orang terbunuh melalui pembantaian bermotif politik, eksekusi, pemenjaraan sewenang-wenang, dan penindasan yang kejam.

Bahkan CIA menggambarkan pembersihan yang dilakukannya Soeharto terhadap kaum kiri sebagai “salah satu pembunuhan massal terburuk di abad ke-20.”

Lebih lanjut Mintpress melaporkan, Presiden Jokowi kini bersiap-siap untuk meninggalkan masa jabatannya yang diamanatkan oleh konstitusi, sementara peringkat persetujuan pribadinya di mata publik berada pada level tertinggi sepanjang sejarah.

Kepergiannya diprediksi akan menciptakan lembaran politik yang bersih, yang ingin diisi oleh NED. Untungnya, terulangnya pembantaian yang dilakukan oleh badan intelijen yang membawa Soeharto berkuasa beberapa dekade lalu, tampaknya tidak mungkin terjadi.

Baca Juga: Timnas Indonesia U-23 Gilas China Taipei 9-0, Pengamat: Terbesar Sejak 22 Tahun Lalu

Namun bocoran dokumen yang diperoleh MintPress News menunjukkan dengan jelas, bahwa AS sedang bersiap melakukan kudeta lagi di Jakarta dengan dalih “promosi demokrasi.”

Halaman:
1
2
3

Berita Terkait