DECEMBER 9, 2022
Orbit Indonesia

Agus Zaini: Menanti Jurus Pamungkas SBY

image
Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat SBY, menyikapi manuver Anies, Nasdem dan Cak Imin.

SBY sudah menumpahkan isi hatinya. Rasa marah, kecewa, kesal, dan sesal sudah diungkapkan kepada publik dalam format formal. Kini saatnya SBY bergegas mengatur strategi kembali mengejar ketertinggalan langkah.

Baca Juga: Sinopsis Film Sleep Call, Tayang Perdana 7 September 2023: Angkat Tentang Isu Kesehatan Mental

Ibarat bermain "ular tangga", Partai Demokrat masuk dalam kotak berisi kepala ular yang menelannya, hingga harus meluncur ke kotak paling bawah. SBY harus mengulangi permainan dari dasar, dengan harapan dapat meraih "tangga" keberuntungan yang dapat mempercepat langkah politiknya.

Pada titik inilah kecerdasan SBY dalam menyusun dan memainkan strategi politik sedang diuji. Pengalamannya menjabat Presiden RI selama dua periode tentu akan menjadi modal utama dalam menyusun keputusan strategis untuk menyelamatkan karir politik putranya.

Pemilu 2024 memang menjadi pertarungan terakhir bagi SBY untuk menghantarkan anaknya ke puncak pimpinan nasional, walaupun sebatas level dua. Mengingat usia SBY yang sudah mencapai 74 tahun.

Setidaknya jika pada Pilpres 2024 ini AHY gagal menjadi kontestan, maka akan sulit baginya untuk menemukan momentum yang ideal bagi kepentingan politiknya di tahun 2029 dan 2034.

Baca Juga: Mauricio Pochettino Sebut Kekalahan Chelsea dari Nottingham Forest Hanya Karena Kurang Beruntung

Secara umum, ada beberapa alternatif langkah politik yang bisa ditempuh oleh Partai Demokrat dan SBY. Pertama, Partai Demokrat menggagas koalisi baru bersama PPP dan PKS. Atau bisa juga dengan PAN.

Jika partai-partai tersebut bergabung dalam koalisi tentunya dapat memenuhi syarat elektoral untuk mengusung capres-cawapres. Sangat mungkin memunculkan pasangan Sandi-AHY. Sebuah pasangan muda, good looking, sporty, dan cozy, yang bakal menjadi daya tarik kalangan pemilih milenial.

Kedua, Partai Demokrat bergabung ke koalisi yang sudah ada, mengusung Ganjar atau Prabowo. Konsekuensinya posisi tawar Partai Demokrat lemah dan mustahil bisa memosisikan AHY sebagai cawapres.

Halaman:
1
2
3
4

Berita Terkait