DECEMBER 9, 2022
Orbit Indonesia

Wayan Supadno: Impor Daging Ugal Ugalan Membunuh Profesi Peternak

image
Ilustrasi hewan ternak. Impor daging ugal-ugalan merusak profesi peterenak.

ORBITINDONESIA.COM - ”Pemerintah harusnya berterima kasih. Juga bisa ikhlas menerima kritikan rakyat bernuansa informatif dan edukatif, dasar data dan fakta. Apalagi jika ada saran alternatif solusinya. Kaji ulang impor daging, itu pembunuh karakter profesi peternak, paling potensial.“

Impor pangan ratusan triliun per tahun, makin hari makin mengerikan. Makin dibiarkan makin berantakan pertanian pangan Indonesia. Kondisi pangan Indonesia, bukan makin berdaya saing agar tumbuh berkembang. Tapi makin tidak swasembada pangan.

Data Litbang Kompas, impor daging tahun 2012 hanya 40.000 ton, tapi tahun 2021 impor daging sudah tembus 276.000 ton setara dengan 2,1 juta ekor sapi 350 kg/ekornya.

Baca Juga: Duet Anies - Cak Imin Dideklarasikan di Surabaya, Apa Tujuannya

Selama 10 tahun terakhir naik 690 persen. Ugal–ugalan sekali. Pembunuh karakter profesi peternak paling potensial.

Contoh konkret, empiris saya pribadi selaku peternak. Izin memasukkan sapi bakalan betina dari Prov. NTB dan eks impor yang bunting ke Pangkalan Bun Kab. Kotawaringin Barat Prov. Kalimantan Tengah. Justru ”ditolak mentah-mentah.“ Alasan berbagai regulasi tidak logis.

Hanya daerah di sini saja yang melarang mendatangkan memasukkan sapi untuk breeding/pembiakan. Harusnya menyambut baik jika ada rakyat mau investasi produktif, apalagi breeding sapi. Karena selama ini sebab utama makin rusaknya peternakan sapi Indonesia, terlalu sedikit yang breeding.

Pendek kata, peternak rakyat ”ditolak mentah-mentah” jika mau investasi produktif nuansa hilirisasi inovasi karena bekerja sama dengan Perguruan Tinggi bidang penelitian. Saat bersamaan Bulog menggelontorkan daging impor besar–besaran dan massal ke pasar.

Baca Juga: Spoiler Drakor The Uncanny Counter 2 Episode 12, Pertarungan Antara Do Ha Na dan Ma Ju Seok

Saat bersamaan juga, Presiden Jokowi dan Menteri Senior sebagai pembantunya pada ke luar negeri mencari investor akan disambut dengan karpet merah. Jika mau investasi di Indonesia, termasuk investasi peternakan breeding sapi. Seperti ”tidak konsisten dan tidak seirama” antar internal pemerintah sendiri.

Empiris, saat ini saya sebagai peternak rakyat. Sedang pengembangan investasi integrasi kebun sawit, alpukat, durian terintegrasi dengan unggas, sapi breeding dan ikan air tawar.

Di atas lahan 339 ha. Kapasitas kandang sapi 1.800 ekor. Kapasitas kandang unggas 70.000 ekor. Kapasitas kolam ikan air tawar 800 ton/tahun.

Tapi begitu teramat sulitnya mengajukan rekomendasi penerimaan sapi hasil penelitian dari UGM Yogyakarta, Sapi Gama dan teramat sulitnya birokrasi mendatangkan unggas inovasi hasil riset Balitnak Ciawi Kementan. Sungguh aneh bin ajaib, antara visi misi berbanding terbalik dengan kebijakannya.

Baca Juga: 5 Wisata Alam Terbaik di Lampung, Suguhkan Sensasi Kenyamanan yang Tak Ada di Tempat Lain

Padahal pada lokasi tersebut, mimpi saya juga ada Balai Diklat Pengusaha Agro Inovatif Integratif untuk mereplikasi profesi saya ini. Agar terlahir minimal ada 1.000 anak muda yang kapasitas bisnisnya juga minimal seperti saya.

Maka implikasinya akan tercipta lapangan kerja 200 x 1.000 anak muda pengusaha = 200.000 pengangguran terserap jadi produktif.

Ingat beberapa pesan bijak dalam berbagai buku ilmiah populer, bahwa :

1. Pangan soal hidup matinya sebuah bangsa (Bung Karno, 1952).

2. Bangsa hebat adalah bangsa yang berdaulat dan berdikari karena karya anak bangsanya sendiri, utamanya pangan. Impor pangan artinya menyejahterakan petani luar negeri.

3. Hanya dengan inovasi dan bersinergi, maka bisa berkompetisi. Pilihannya hanya 2 saja, inovasi atau mati bisnisnya.

Baca Juga: Berhentilah Makan Makanan Kalengan Karena Kaleng Dilapisi BPA yang Bisa Bocor ke Makanan

4. Generasi sebuah bangsa dikatakan hebat, jika hebat mampu menyiapkan generasi penerusnya lebih baik dari dirinya.

5. Jika sebuah produk dan profesi, dihindari anak muda tapi hanya disukai kaum tua, pertanda produk dan profesi tersebut gejala akan punah (Hermawan Kartajaya).

Maka bangunlah manusia dan iklim usaha di Indonesia, agar masyarakatnya makin banyak yang gemar mau investasi produktif nuansa inovatif integratif ekonomi sirkular, nol limbah.

Solusinya, impor sapi betina bakalan produktif sebanyak mungkin minimal 7 juta ekor, agar jadi lapangan kerja masyarakat madani. Dengan cara stimulus hibah parsial, subsidi parsial atau dijual harga murah ke masyarakat agar berbiak massal. Akhirnya beranak pinak membendung impor daging karena sudah sebanding dengan kebutuhan nasional.


(Oleh: Wayan Supadno) ***

Berita Terkait