Firman Jaya Daeli: Makna Keberlanjutan Kepemimpinan Presiden Jokowi oleh Ganjar Pranowo bagi Indonesia Maju
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Selasa, 22 Agustus 2023 22:33 WIB
Juga figur kepemimpinan dalam dinamika dan dialektika pergerakan kerakyatan, kemasyarakatan, kebangsaan, dan kenegaraan yang tanpa cacat dan yang tanpa masalah berat secara standar etik moral.
Lagi pula figur kepemimpinan yang berurat dan yang berakar pada kerakyatan. Juga kepemimpinan yang berbasis, bertumpu, dan menyatu bersama dengan kekuatan rakyat. Kepemimpinan yang menyatu bersama secara utuh dengan amanat penderitaan dan perjuangan rakyat.
Kerangka umum dan bangunan pokok atas figur kepemimpinan Ganjar Pranowo beserta ekosistem dan atmosfir kepemimpinan Ganjar Pranowo telah lama tumbuh dan bergerak serta sudah lama maju dan berjalan.
Bergerak dan berjalan "senafas, sedarah, seayun, selangkah, seiring, dan sejalan" secara ideologis, politis, historis, dan sosiologis dengan figur kepemimpinan beserta ekosistem dan atmosfir Kepemimpinan Nasional Presiden RI Jokowi.
Baca Juga: Daftar Top Skor BRI Liga 1 Jelang Pekan ke 10, Lengkap dengan Hasil Pertandingan di Pekan ke 9
Ada kesamaan dan keutuhan ideologi, politik, histori, dan sosiologi yang "sebangun dan serumah" antara Kepemimpinan Presiden Ketujuh RI Jokowi dengan Capres Kedelapan RI Ganjar Pranowo. Ada "anatomi kimia" serta ada karakteristik sosial dan kultural yang sama dan serupa antara Kedua Pemimpin tersebut di atas.
Kualitas pemaknaan dan titik simpul strategis pemaknaan Nilai-Nilai Pelanjutan dan Keberlanjutan Pembangunan Indonesia Maju, terletak pada kebersamaan untuk Bersatu dan Bergotongroyong.
Khususnya untuk menguatkan, meyakinkan, memastikan "perkuatan dan penguatan" Kepemimpinan Ganjar Pranowo.
"Kepemimpinan Nasional Indonesia Maju" secara ideologis, politis, historis, dan sosiologis, tentu harus pada posisi, sikap, pendirian untuk mendorong, mendukung, membangkitkan, dan memajukan perkuatan dan penguatan Ganjar Pranowo.
Atmosfir dan ekosistem Kepemimpinan Nasional yang sesungguhnya dan yang sejatinya, pada dasarnya berada dan terletak pada figur kepemimpinan. Keutuhan keperibadian dan kepemimpinan yang telah teruji, terbukti, dan terkonfirmasi secara otentik dan konkrit kehadirannya, keberadaannya, dan kesejarahannya.