Musa Asy'arie: Keikhlasan Rasul dan Perempuan Yahudi Tua
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Senin, 14 Agustus 2023 14:29 WIB
Baca Juga: Pengamat Politik Mikhael Raja Muda Bataona: Koalisi Gemuk tidak Menjamin Menang Pilpres
Perempuan tua itu langsung menjerit histeris. Ia merasa sangat bersalah karena setiap hari mencaci Muhammad di hadapannya justru ketika Rasul menyuapi makanan terhadap dirinya.
Ia pun langsung berkata kepada Abu Bakar, minta maaf kepada Rasulullah dan menyatakan masuk Islam. Hindun membaca dua kalimat syahadat di depan Abu Bakar.
Apa di balik cerita itu? Kebaikan tidak perlu dikatakan di mana-mana. Sebab kebaikan tidak perlu dipamerkan. Kebaikan akan berbicara dengan sendirinya. Allah yang akan mengungkapkannya.
Membicarakan kebaikan diri sendiri akan dapat menghilangkan rasa ikhlas yang bisa menggerus makna kebaikan itu sendiri. Kalau orang lain membicarakan kebaikannya, biarkanlah apa yang dikatakannya sesuai pengalaman yang dialaminya.
Baca Juga: Berikut Ini Kronologi Farel Aditya yang Diwajibkan Membayar Ganti Rugi 40 Juta oleh dr Richard Lee
Adalah menjadi hak orang itu untuk mengatakan pengalaman hidupnya. Kebaikan itu terang, dan akan menerangi kehidupan, dikatakan atau tidak.
Rasulullah menyatakan, jika tangan kananmu berbuat baik, hendaklah tangan kirimu tidak mengetahuinya. Hadist ini menjelaskan, betapa seseorang tidak boleh memamerkan perbuatan baik kepada seseorang. Biarlah Allah yang mengetahuinya.
Itulah kondisi ikhlas. Orang yang melakukannya adalah mukhlis. Allah sangat menghormati orang-orang mukhlis karena apa yang dilakukannya semata karena Allah.
Secara psikologis, orang yang ikhlas hatinya akan damai. Kedamaian akan membuat dirinya bahagia. Orang yang ikhlas tidak kemrungsung. Sabar. Ia tidak bersandar kepada penilaian manusia. Tujuan tertinggi hidupnya adalah mendapat ridha Allah.