Ini Filosofi dan Makna Lukisan Djoko Pekik "Berburu Celeng" yang Dihargai Rp1 Miliar, Sindiran untuk Pejabat
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Sabtu, 12 Agustus 2023 12:42 WIB
ORBITINDONESIA.COM - Maestro seni lukis Djoko Pekik meninggal di usia 86 tahun pada Sabtu, 12 Agustus 2023 pukul 08.00 WIB.
Djoko Pekik meninggal dunia setelah dirawat si Rumah Sakit Panti Rapih, Kota Yogyakarta.
Kabar meninggalnya maestro Djoko Pekik diketahui pertama kali dari postingan seniman dan aktor Butet Kartaredjasa di akun Instagram-nya hari ini.
Baca Juga: PROFIL LENGKAP Djoko Pekik, Maestro Seni dengan Lukisan Seharga Rp1 Miliar
Butet memunggah foto kebersamaannya dengan Djoko Pekik saat berdua, dan saat mereka bersama Presiden Joko Widodo (Jokowi).
"SELAMAT JALAN Pak Djoko Pekik. Sumangga Gusti," tulis Butet di bagian keterangan foto.
Djoko Pekik merupakan seniman lukis kelahiran Grobogan, Purwodadi, Jawa Tengah (Jateng) pada 2 Januari 1937.
Baca Juga: Seniman Lukis Djoko Pekik Meninggal Dunia di Usia 86 Tahun
Sepanjang perjalanan karirnya sebagai seorang seniman, Djoko Pekik telah menghasilkan banyak karya.
Beberapa di antara lukisannya terkenal dan menjadi fenomenal.
Salah satunya yakni lukisannya yang berjudul Berburu Celeng.
Baca Juga: Denny JA: Pertarungan Prabowo, Ganjar, Anies Menjadi Bahan Kuliah di Kelas
Lukisan tersebut dibuat Djoko Pekik pada 1998 silam, di penghujung era Orde Baru (Orba) yang dipimpin Presiden Suharto.
Dilukis saat masa Orba, lukisan Berburu Celeng ternyata lekat dengan situasi politik di masa itu.
Berburu Celeng sengaja diciptakan sang maestro untuk menyentil para pejabat atau pemimpin yang ikut memutar roda Orba.
Baca Juga: Fakta Baru Kasus Body Checking Miss Universe Indonesia, Ada Korban yang Sempat Menangis
Lantas, apa filosofi dan makna yang terkandung di dalam lukisan Berburu Celeng karya Djoko Pekik tersebut?
Dalam suatu wawancara, Djoko Pekik mengatakan bahwa filosofi di balik lukisan Berburu Celeng adalah mengingatkan para pemimpin agar tidak sewenang-wenang dalam menggunakan jabatannya.
Selain itu, pemimpin juga diingatkan agar tidak rakus dan serakah selama menjalankan kekuasaannya.
Baca Juga: Alex Runggeary: Bung Hatta, UMKM dan Papua
Djoko Pekik melanjutkan, di dalam lukisannya itu, sifat keserakahan dan haus kekuasaan yang ada pada diri pemimpin disimbolkan dengan celeng atau babi hutan yang gemuk.
Di dalam lukisannya juga tergambar seekor celeng yang berhasil ditangkap warga dan kemudian diarak.
Selain itu, orang-orang yang mengarak celeng hasi buruan mereka tampak senang dan menari bahagia.
Dari penggambaran tersebut, Djoko Pekik ingin menyampaikan pesan bahwa pemimpin yang serakah akan berakhir tragis dan menyedihkan, seperti nasib celeng di dalam lukisannya.
Lukisan tersebut terjual dengan harga tinggi, yakni Rp1 miliar.
Harga tersebut merupakan harga yang fantastis dan fenomenal untuk sebuah lukisan di tahun 1998, bahkan untuk saat ini.***