Kesan Sehabis Nonton Oppenheimer: Oppie yang Cengeng
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Jumat, 11 Agustus 2023 07:25 WIB
ORBITINDONESIA.COM - Nonton film Oppenheimer di Paragon Solo, Selasa malam tak puas. Aku datang terlambat, 20 menit setelah film mulai. Ini karena semula aku mau nonton di Solo Square, ternyata film Oppenheimer sudah gak diputar lagi di sana.
Aku tanya ke bagian tiket XXI, di mana yang masih memutar film Oppenheimer ? Ternyata di Paragon Solo. Aku kejar ke Paragon. Masih bisa beli tiket, meski terlambat.
Terlambat 20 menit dari film panjang 3 jam sebetulnya masih bisa ditolerir. Tapi aku tak puas. Karena film Oppenheimer ini sangat bagus. Makanya setiba di Bekasi aku mau menonton lagi. Ingin melihat dari awal. Mudah-mudahan masih diputar di XX1 Sumarecon.
Baca Juga: Saiful Huda Ems: Tanggapan Atas Ditolaknya PK Partai Demoktrat KLB
Film Oppie ini luar biasa. Kisahnya mengaduk-aduk rasa, rasio, dan etika. Dialognya bermutu, dari masalah sains, filsafat, kemanusiaan, kematian, dan kiamat. Detil dan detik-detik ledakan bom atom pun tersaji dengan runtut.
Bom atom, kata Oppie, bukan bom biasa. Ia bom yang memanipulasi kekuatan alam untuk menghancurkan semesta. Mengerikan. Semacam suicide bomb. Jangan sampai ada lagi bom atom meledak seperti di Hiroshima dan Nagasaki.
Adegan bagaimana pencipta bom atom Oppenheimer yang dipuja kemudian dilecehkan Presiden Truman sangat menyedihkan. Oppie tak setuju pembuatan bom hidrogen yg lebih dahsyat demi "keamanan Amerika."
"Singkirkan anak cengeng itu," kata Truman kepada stafnya. Ya. Oppie dianggap cengeng karena tidak mau membuat bom hidrogen.
Alasan Oppie, jika Amerika membuat bom hidrogen, Uni Soviet pun akan membuat bom yang sama. Uni Soviet juga punya banyak fisikawan yang hebat, ujar Oppie.
Baca Juga: Praktisi Media Minta Wartawan Tidak Kehilangan Sikap Kritis Dalam Memberitakan Isu BPA
Tapi Truman yakin, Uni Soviet tak akan bisa membuat bom atom. Kini terbukti, kekuatan bom atom Uni Soviet (Rusia) menakutkan Paman Sam.
Di situ terlihat betapa nafsu Frankenstein pada homo sapiens lebih dominan dari kelembutan Bunda Theresa. Itukah yg akan terjadi di era mendatang, di mana paduan antara masifnya bom atom di muka bumi yang panas dan kecanggihan AI yang maha cerdas berada di depan mata kita?
Jika kedua capaian sains maha manusia dipakai untuk menghancurkan bumi, 100 planet biru seperti yang homo Sapiens tempati hari ini, akan luluh lantak.
Ah, semoga perang Rusia-Ukraina tidak berkembang menjadi perang bom atom. Habislah bumi jika itu terjadi.
Yang lucu, melihat gerak gerik Albert Einstein saat bercanda dengan Oppie. Ternyata wajah Einstein lucu ya. Lebih pas untuk pelawak ketimbang fisikawan yang menginspirasi Oppie membuat bom atom.
(Oleh: Syaefudin Simon, kolumnis) ***