Iyyas Subiakto: Welcome Taliban
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Senin, 31 Juli 2023 10:28 WIB
Jadi kalau menyangkut bicara ekonomi kan harus ada partner bicaranya, tentulah pengusaha. Tidak apa apa kalau yang menemui JK, dia kan memang sahabatnya Taliban.
Afganistan setelah ditaklukkan pemberontak Taliban tahun 2021, wajah kemanusiaan mereka langsung beringas, khususnya kepada perempuan. Apa kita toleran terhadap hal yang demikian.
Apa bedanya kita memperlakukan Israel yang dianggap mencaplok tanah Palestina, lha Taliban pemberontak, dan menginjak-injak HAM. Kita kadang juga berperilaku ganda.
Baca Juga: Resmikan Gereja di Surabaya, Yaqut Cholil Qoumas Tegaskan, Lembaga Kemenag Milik Semua Agama
Apa Indonesia mau membantu secara kemanusiaan, atau berinvestasi menaikkan ekonomi mereka, ini sama saja menyetujui tindakan barbar mereka terhadap wanita.
Hasil survei lembaga Gallup yang mensurvei terhadap pikiran positif masyarakat di satu negara, memberi ranking pertama kepada Afganistan sebagai negara berpenduduk paling stres di dunia. Mereka tidak ada jaminan masa depan, tidak ada jaminan hidup besok masih makan atau tidak, besok masih hidup atau tidak.
Negara dengan masyarakat stres kelas wahid, kebayang bagaimana kualitas manusianya. Belum lagi doktrin agama yang primitif.
Siapa negara dengan pikiran rakyatnya yang paling positif, tak lain adalah Indonesia. Number one positive thinking. Ini tercermin dari tingkat kepuasan rakyat terhadap kepemimpinan pak Jokowi yg mencapai 90 persen.
Terus, kita lagi senang-senangnya dengan lingkungan yang aman damai dan penuh harapan menjadi negara maju. Ada tamu masuk dari pintu belakang, tamunya stres pula.
Sampeyan mau apa, dagang opium. Atau mau nambah ngiderin kotak amal di lampu merah dgn tulisan Taliban, saudara kita sedang susah. Sana tanya ke JK.