DECEMBER 9, 2022
Orbit Indonesia

Andre Vincent Wenas: Jokowi dan Gagalnya Teori Bebek Lumpuh

image
Andre Vincent Wenas, MM. MBA tentang Jokowi dan gagalnya teori bebek lumpuh.

ORBITINDONESIA.COM - Di akhir masa jabatannya, dan karena alasan konstitusional ketika presiden tak bisa dipilih lagi karena sudah dua kali menjabat, maka periode ini kerap disebut 'lame-duck presidency'.

Masa kepresidenan yang dikategorikan sebagai periode bebek lumpuh. Ia gampang jadi mangsa dari predator-predator politik. 

Tapi rupanya fenomena bebek lumpuh ini tidak berlaku untuk Joko Widodo di masa akhir kepresidenannya. Fenomena Jokowi adalah anomali.

Baca Juga: Simak Spoiler Manga One Piece Chapter 1088, Akankah Monkey D. Garp Kalah dan Mati Lawan Kru Blackbeard

Ia justru malah jadi semacam penentu kemenangan bagi kandidat yang diusung parpol. Sebut saja Ganjar Pranowo dan Prabowo Subianto, juga para pengusung dan pendukungnya, mereka semua saling 'berebut restu' dari Joko Widodo.

"Saling-klaim" bahwa merekalah yang direstui jadi "penerus" kerja baik Pak Jokowi.

Memang wajar sih, dengan approval-rate yang bahkan tembus 90 persen, pamor Jokowi justru menguat, bukan untuk jadi presiden lagi tapi jadi penentu siapa yang bakal jadi presiden. Fenomena ini belum pernah terjadi sebelumnya. Luar biasa.

Maka berbagai analisa tentang kemana jari telunjuk Jokowi mengarah jadi penting.

Interpretasi dari berbagai fenomena coba diterjemahkan sebagai "tanda dukungan" Jokowi terhadap kandidat tertentu.

Baca Juga: Contoh Teks Pidato Hari Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 2023, Singkat dan Cocok Dibacakan di Sekolah

Dan ini dengan manis terus dimainkan Jokowi, membiarkan semua pihak menafsirkan sendiri-sendiri. Posisinya sebagai King Maker justru jadi semakin kokoh.

Mulai dari gerak-gerik dan gestur politik dari anak-anaknya (terutama Gibran dan Kaesang, juga Bobby), yang kemudian ditafsirkan sebagai arah angin dukungan bapaknya, sampai ke acara pertemuan Jokowi saat makan siang atau perhelatan lainnya. Pokoknya semua itu diterjemahkah sebagai "tanda-tanda dukungan".

Ya bebas saja sih, bagus malah. Itu semua semakin memperkuat positioning Pak Jokowi.

Ada influencer (entah disponsori parpol) tertentu yang coba-coba memposisikan kandidat tertentu "lebih kuat" citra dirinya dibanding dengan Jokowi. Maka ia pun mesti menelan pil pahit saat mendapat sentimen negatif dari Jokowers. Kualat katanya.

Baca Juga: Inilah Daftar Harga Tiket Film terbaru Margot Robbie, Barbie di Bioskop XXI Kawasan Kota Surabaya

Pendek kata, saat ini parameter kepresidenan adalah Jokowi. Kepresidenan Jokowi sudah jadi standar baru, di mana publik enggan mendiskonnya. Justru oleh karena itulah Jokowi diharapkan oleh publik untuk senantiasa cawe-cawe, ia "tak diizinkan" oleh kesadaran dalam publik untuk "tinggal-gelanggang" begitu saja.

Harus dipastikan penggantinya nanti adalah dia yang mampu meneruskan kerja-kerja baik Pak Jokowi (ingat approval-rate-nya tembus 90 persen lho). Ini tidak main-main, proven.

Jadi siapa yang besok makan siang bareng Pak Jokowi? Atau yang dijabat tangannya dua detik lebih lama dibanding kandidat lainnya?


Jakarta, Rabu, 19 Juli 2023
Andre Vincent Wenas,MM.MBA. Direktur Eksekutif, Lembaga Kajian Strategis PERSPEKTIF (LKSP). ***

Berita Terkait