Erros Djarot: Paradigma Jelang 2024, Kaum Banteng Kembali ke Jatidiri
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Jumat, 14 Juli 2023 20:55 WIB

Bahkan terkesan kuat semakin terbentang tembok pemisah antara para kaum terdidik di kubu Banteng, dengan wilayah kehidupan kaum Marhaen. Jargon pejuang ‘wong cilik’ pun sering dipelesetkan menjadi komunitas ‘wong licik’.
Penyebabnya yang mendasar adalah ketidak jelasan pemihakan atau telah terjadi disorientasi pemihakan terhadap amanat penderitaan wong cilik.
Satu hal yang mengagumkan adalah militanisme rakyat (baca: wong cilik) kepada simbol Banteng yang menjadi tumpuan harapan perubahan nasib mereka. Penghianatan elite terhadap mereka, dibalas dengan dukungan penuh semangat pada organisasi politik tempat mereka berlabuh menyandarkan diri dan harapan.
Setidaknya situasi demikian ini bertahan dan bahkan makin menguat hingga sekarang. Pertanyaan yang kemudian muncul; bertahan hingga kapan?
Terutama ketika saat rakyat bangun dari mimpinya dan bangkit dalam kesadaran menjalani kenyataan hidup yang kian terpuruk. Terpuruk karena terlucuti hak-haknya sebagai pemegang kedaulatan tertinggi di negeri ini.
Sebagai pemilik yang sah atas tanah, air, bumi dan seisinya yang terbentang dari Sabang hingga Marauke, wilayah NKRI sepenuhnya, seutuhnya!
Dalam kaitan pesta demokrasi, Pemilu 2024, sudah mulai terasakan rakyat sudah mulai bosan akan hasil Pemilu yang hanya menghasilkan PERGANTIAN tanpa hadirnya PERUBAHAN substansial yang diharapkan. Realita ini tentu akan berdampak pada terbangunnya rakyat dari tidur panjangnya.
Lama tertidur karena dinina-bobokan oleh penguasa elite negeri ini yang secara luarbiasa menyihir rakyat dengan sejumlah tebaran harapan.