Agama Digital: Redefinisi Cara Kita Beragama
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Jumat, 14 Juli 2023 21:50 WIB
ORBITINDONESIA.COM - Digitalisasi telah menjadi bagian inklusif di dalam cara beragama kontemporer.
Diperlukan kerangka kerja teologis untuk memberikan batasan dan sejauh mana digitalisasi itu dipergunakan di ruang beragama.
Salah satu ketakutan agama arus utama (mainstream) ketika digitalisasi telah menjadi arus besar di ruang ibadah adalah bagaimana memberi penjelasan terhadap ritus dan ritual agama konvensional secara digital.
Pertanyaan lain yang sejenis adalah apakah kita dapat menjadikan ruang digital sebagai sebuah sacred-place?
Apakah kita dapat menggantikan ruang fisik konvensional yang selama ini menjadi ruang tumbuh bersama di dalam iman dan komunitas sehingga wajah kemanusiaan kita menjadi semakin baik di dalam peradaban?
Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut selalu menjadi perdebatan baik di kalangan ahli komunikasi, pakar internet, sosiolog, dan terlebih kalangan teolog.
Pada akhirnya semua pertanyaan itu akan menuntun kepada problem dikotomis, mana dari agama yang dapat didigitalkan dan mana ya tidak.
Untuk membicarakan ini, pandangan terhadap konsep agama digital harus dibawa ke dalam platform yang sama. Jika pengertian ini menjadi sebuah perspektif, pendekatan dan penjelasan, entah dari sosiolog, teolog, atau disiplin ilmu lainnya akan berada di dalam koridor yang sama.
Ibarat sebuah barang, dapat dilihat dari berbagai sisi, tanpa mengubah esensinya.
Dari sekian banyak rumusan yang ada, konstruksi konseptual dari Heidi Campbell dapat dijadikan rujukan.