DECEMBER 9, 2022
Orbit Indonesia

Kondisi Cak Nun Kini Stabil Usai Alami Pendarahan Otak, Berikut Profil Lengkap Sang Manusia Multidimensi

image
Inilah profil lengkap Emha Ainun Nadjib alias Cak Nun, yang kondisinya kian stabil usai alami pendarahan otak, Kamis, 6 Juli 2023.

ORBITINDONESIA.COM – Kondisi Emha Ainun Nadjib alias Cak Nun kini sudah lebih stabil usai mengalami pendarahan otak beberapa waktu yang lalu.

Usai dirawat di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta karena pendarahan otak, Cak Nun sapaan akrab Emha Ainun Nadjib, dikabarkan kondisinya telah stabil.

Meski sudah lebih stabil, namun budayawan Cak Nun kini masih tengah berjuang melawan sakit pendarahan otak yang dialaminya pada Kamis, 6 Juli 2023 malam WIB.

Baca Juga: Dikabarkan Alami Pendarahan di Otak, Budayawan Emha Ainun Nadjib Dirawat di RS Sardjito Yogyakarta

Respons dan simpati pun banyak mengalir deras dari para pengguna media sosial yang ikut prihatin dengan kondisi Cak Nun.

Bagi kamu yang belum mengenal sosok Embah Ainun Nadjib yang acapkali dijuluki sebagai manusia multidimensi , OrbitIndonesia.com sajikan khusus buat kamu.

Cak Nun, lahir di Menturo, Sumobito, Jombang, Jawa Timur pada tanggal 27 Mei 1953 dan tumbuh dalam lingkungan yang kental dengan budaya Jawa dan Islam.

Baca Juga: MotoGP Belanda: Enam Pebalap Alami Kecelakaan Warnai Kemenangan Francesco Bagnaia

Cak Nun lahir dari seorang ayah petani sekaligus kyai yang sangat dihormati masyarakat di sekitar.

Ia dikenal masyarakat akan karya-karyanya yang seringkali memadukan bahasa Jawa dengan ajaran Islam, menciptakan karya yang unik dan menyentuh hati.

Selain menjadi penyair, Cak Nun juga dikenal sebagai seorang orator yang menginspirasi.

Ia sering tampil di hadapan publik untuk membacakan puisi-puisinya dan memberikan ceramah-ceramah yang penuh makna.

Baca Juga: Jeritan TKW Asal Lombok Timur NTB di Libya, Diduga Alami Kekerasan Fisik

Bahkan melalui pidato-pidatonya, ia menyampaikan pemikiran-pemikiran mendalam tentang spiritualitas, isu sosial, dan toleransi beragama.

Cak Nun juga produktif dalam menulis buku kumpulan esai seperti "Slilit Sang Kiai", "Arus Bawah", dan "99 untuk Tuhanku.

Selain menulis, Cak Nun juga aktif terlibat dalam grup musik tradisional Jogya, Kiai Kanjeng dan terlibat dalam Jemaah Maiyah, suatu jalan spiritual yang memiliki tujuan mengenal Tuhan.

Baca Juga: 5 Eks Pemain Chelsea Ini Justru Alami Peningkatan Karir Usai Hengkang dan Hijrah ke Serie A Italia

Di balik prestasi dan popularitasnya, Cak Nun telah berjuang merasakan kehidupan yang tidak mudah, baik dalam masalah pendidikan maupun dalam rumah tangganya.

Masa kecilnya Cak Nun pernah belajar di SD tempat tinggalnya, tidak sampai tamat kemudian oleh ayahandanya dimasukan ke Pondok Modern Darussalam Gontor.

Waktu di Gontor, Cak Nun hanya mengeyam Pendidikan 2, 5 tahun, kemudian harus keluar karena sempat menggugat kebijakan pihak keamanan pondok yang dianggapkanya tidak adil.

Baca Juga: Man United Berencana Datangkan Jordan Pickford, Siap Gantikan David De Gea yang Banyak Alami Kebobolan

Di Gontor inilah, Cak Nun mengalami pengalaman yang mendalam mengenai budaya santri dan disiplin pesantren.

Gontor meninggalkan kesan yang kuat dalam dirinysa, sehingga setelah meninggalkan Gontor,budaya santri yang mengakar kuat dalam jiwanya.

Kemudian Cak Nun melanjutkan sekolahnya di SMP Muhammadiyah 4 dan SMA Muhammadiyah 1 di Yogyakarta.

Baca Juga: MotoGP Italia: Usai Alami Cidera Pada Bahu, Miguel Oliveira Ragu Bisa Ikut Balapan

Kemudian masuk di kampus perjuangan Universitas Gadjah Mada di Fakultas Ekonomi dan bertahan empat bulan saja.

Pada tahun 1969, Cak Nun memulai perjuangan nya menjadi bagian dari PSK ( Persada Studi Klub) yang merupakan ruang studi sastra penyair muda Yogyakarta.

Bersama PSK dibawah asuuhan Umbu Landu Paranggi membuat banyak memory dan karya didapatnya.

Baca Juga: VIRAL, Santri Jadi Korban Bullying di Ponpes hingga Alami Gangguan Kejiwaan, Warganet Open Donasi

Tahun 1970, Cak Nun menjadi pengasuh Ruang Sastra di harian Masa Kini dan kemudian menjadi wartawan dan redaktur selama tiga tahun.

Ruang Sastra juga menjadikan Namanya semakin dikenal luas oleh masyarakat khususnya dunia Seni dan Sastra.

Kisah percintaan Cak Nun juga memiliki cerita penuh perjuangan, Cak Nun menikah dengan Neneng Suryaningsih pada tahun 1979 menghasilkan seorang anak laki-laki bernama Sabrang Mowo Damar Panuluh, yang kemudian dikenal sebagai vokalis band Letto.

Baca Juga: Sinopsis Film Silence: Perjalanan Menyentuh Hati Dua Imam Katolik di Jepang Alami Konflik di Bioskop Trans TV

Namun, pernikahan pertamanya tidak bertahan lama, dan Cak Nun kemudian menikah dengan artis sinetron dan penyanyi Novia Kolopaking pada tahun 1997.

Dari pernikahannya dengan Novia Kolopaking, Cak Nun diberkahi dengan empat orang anak: Aqiela Fadia Haya, Jembar Tahta Aunillah, Anayallah Rampak Mayesha, dan seorang anak lainnya yang meninggal di dalam kandungan bernama Ainayya Al-Fatihah.

Demikian profil Cak Nun, sastrawan dengan karyanya yang produktif dan keterlibatannya dalam seni dan budaya.

Baca Juga: Pernah Mengaku Utusan Allah, MUI Sebut Pelaku Penembakan Alami Gangguan Jiwa

Telah banyak menginspirasi orang di Indonesia, semoga Cak Nun segera pulih dan dapat melanjutkan dedikasinya dalam dunia seni dan budaya yang begitu dicintainya.***

Berita Terkait