DECEMBER 9, 2022
Orbit Indonesia

Yaman, Negeri Bekas Jajahan yang Jadi Produsen Sayid dan Habib

image
Ranjau darat di Yaman yang merupakan bekas perang.

ORBITINDONESIA.COM - Yaman dulunya adalah tanah jajahan. Yaman Utara dijajah Kesultanan Utsmaniah dan merdeka tahun 1918, kemudian membentuk negara Islam.

Yaman Selatan dijajah Inggris dan merdeka tahun 1967, kemudian membentuk negara komunis. Pada 1990 kedua negara ini bersatu.

Reunifikasi tersebut bukan-nya menjadikan Yaman sebagai negara yang semakin solid, tapi justru semakin kacau balau karena adanya 3 ideologi yang masing-masing punya kepentingan yakni sunni, syiah dan komunis.

Baca Juga: Polres Metro Tangerang Kota Gulung Komplotan Pencuri Kendaraan Bermotor: Dari Kelompok Lampung Sampai Banten

Setelah lengsernya Presiden reunifikasi pertama Yaman pada 2012, yakni Ali Abdullah Saleh, mulailah terjadi perebutan kekuasaan. Ini kemudian pecah menjadi perang Yaman pada 2015 antara Pemerintah yang dikuasai sunni dan pemberontak Houti yang syiah.

Yaman memiliki terdiri dari daratan yang berbatasan dengan Kesultanan Oman (timur), Kerajaan Arab Saudi (utara), Laut Arab (tenggara), Teluk Aden (selatan) dan Laut Merah (barat).

Yaman memiliki juga 200 pulau dengan kekayaan alam yang melimpah berupa emas, perak, nikel, tembaga, seng, dan kobalt, termasuk zeolit, talc, scoria, batu pasir, perlit, magnesit, batu kapur, gipsum, feldspar, dolomit, tanah liat dan celestin.

Baca Juga: Kemenkumham DKI Gelar Diseminasi Penjaringan Calon Pemberi Bantuan Hukum, Ibnu Chuldun: Semangat Mengabdi

Negara ini juga memiliki cadangan bahan bakar fosil yang kaya yang mencakup gas alam dan minyak mentah. Yaman memiliki cadangan minyak terbukti sebesar 12 milyar barel (bandingkan dengan Indonesia yang hanya tinggal 3,5 milyar barel).

Selain itu, di negara-negara Arab menjuluki Yaman sebagai negara produsen sayid dan habib yang diekspor terutama ke Asia. Ssebagian masyarakat Arab percaya bahwa mengaku-aku keturunan Rasulullah adalah perbuatan tercela yang hanya bertujuan ekonomi semata.

Inas N Zubir

Berita Terkait