DECEMBER 9, 2022
Orbit Indonesia

Bagas Pujilaksono WH: Saatnya BRIN Dievaluasi

image
Penandatanganan kerjasama BRIN dengan lembaga penelitian ZMT dan Artec di Bremen, Jerman

Di satu sisi, pemerintah tidak mampu memanfaatkan kepakaran peneliti-peneliti yang ada di dalam negeri. Di lain hal, pemerintah menyuruh diaspora untuk kembali ke tanah air. Untuk apa? Jadi pengangguran?

Jangan selalu berpikir pragmatis dan liberal. Konsep investasi keilmuan, juga harus dipahami.

Kalau saya boleh memilih, dengan dalih tetap produktif dalam melakukan penelitian, saya memilih tetap tinggal di Ecole des Mines de Saint-Etienne (EMSE), Prancis, tempat saya postdoc dahulu.

Baca Juga: Kebersamaan Tuan Guru Bajang dan Ganjar Pranowo, Beginilah seharusnya Relasi Ulama-Umaro

Ini bukan persoalan nasionalisme, tapi lebih pada fakta dan realita. Pemerintah tidak becus memanfaatkan kepakaran peneliti-peneliti jagoan yang ada di dalam negeri. Tidak usah jauh-jauh menengok Jerman, lihat saja Tiongkok.

Dikotomi riset terapan dan riset dasar adalah omongan anak kecil yang baru belajar berjalan kemarin sore.

Organisasi Lembaga Penelitian itu harus ramping dan flexible secara organisasi. Sedang BRIN terlalu besar, menjadi inersia tinggi (lembam) dan amorphous.

Sudah saatnya, secara kritis, BRIN, dievaluasi, agar kemanfaatannya bagi bangsa dan negara bisa dibanggakan ke depan.

Terimakasih.

Ir. KPH. Adipati, Bagas Pujilaksono Widyakanigara Hamengkunegara, M. Sc., Lic. Eng., Ph.D. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Seniman/Budayawan Yogyakarta. ***

Halaman:
1
2

Berita Terkait