CATATAN RINGAN: Repotnya Jadi Wartawan Metro TV dan Lapisan Terbawah Dalam Kasta Politik
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Kamis, 01 Juni 2023 16:10 WIB
ORBITINDONESIA.COM - Dulu di Pilkada 2017, Nasdem mendukung Ahok dan melawan Anies. Nasdem dibuli habishabisan. Sampai reporter Metro TV di lapangan pun jadi sasaran, dan kita ingat, Metro TV diplesetkan jadi Metro Tivu. 2019 Nasdem didoakan bubar karena jadi "die-hardnya" Jokowi.
Sekarang Nasdem mendukung Anies bersama PKS dan Demokrat. Lalu semua berubah. Yang dulu menghujat Nasdem dan Metro TV, sekarang memuji. Bahkan pak Surya Paloh didaulat "telah mendapat hidayah".
Memahami tabiat politik itu sederhana aja. Seperti contoh nasib wartawan Metro TV. Bahwa kita semua hanya jadi mainan para elite politik.
Baca Juga: Claudio Fabian Tapia: Erick Thohir Menjadi Alasan Utama Argentina Terima Tantangan Timnas Indonesia
Kita gontok-gontokan untuk menjadi pasukan tempur para elite yang merancang drama-dramanya di executive lounge Four Seasons, Fairmont atau di pulau milik pribadi.
Mereka ketawa-ketiwi karena kalian militannya menembus langit, tapi mereka mana mau tahu token listrik kalian sudah kedip-kedip.
Trajektori "kawan dan lawan" dalam politik itu ditentukan oleh kepentingan elite. Lucu saja melihat kalian yang dulunya mati-matian mencaci, tiba-tiba memuji setinggi langit. Kelihatan banget kalau kalian sebenarnya lapisan terbawah dalam kasta politik.
Baca Juga: Jurus Teler Denny Indrayana dan Akal Bulus SBY
Almarhum KH. Zainuddin MZ pernah bilang, masyarakat harus pintar. Elite ribut di studio TV. Mereka berdebat keras, masyarakat menonton. Setelah acara bubar, elite ngopi dan merokok bareng di hotel. Tinggallah masyarakat terbakar, saling berhantam, ribut sesama saudara.
Mereka dapat duit, kita dapat darah sesama. Jangan mau dibodohi politikus seperti mereka ini.