Ngeri, Punya Utang 31,4 Triliun Dollar, Kurang dari 10 Hari Lagi AS Terancam Gagal Bayar
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Rabu, 24 Mei 2023 09:20 WIB
ORBITINDONESIA.COM - Presiden AS Joe Biden dan Ketua DPR Kevin McCarthy sekali lagi gagal mencapai kesepakatan untuk memperpanjang plafon utang AS sebesar $31,4 triliun awal pekan ini.
Dengan kurang dari 10 hari hingga AS berpotensi gagal bayar utangnya (default), negara-negara di seluruh dunia bersiap menghadapi gelombang ekonomi yang dapat mengguncang ekonomi global, jika tidak ada kesepakatan yang tercapai.
AS tidak pernah dengan sengaja gagal membayar utangnya, sehingga dampak pasti yang terjadi sekarang terhadap sistem keuangan internasional tidak diketahui. Namun, sebagian besar ekonom memperkirakan itu akan menjadi buruk—dan tersebar luas.
Baca Juga: Bantuan Pesawat Tempur AS Buat Ukraina Tak Akan Mengubah Permainan untuk Pasukan di Darat
"Tidak ada sudut ekonomi global yang akan terhindar," Mark Zandi, kepala ekonom di Moody's Analytics, mengatakan kepada The Associated Press. Lebih dari 500 miliar dollar utang AS diperdagangkan secara global setiap hari, dan sebagian besar utang tersebut dipegang oleh pemerintah asing dan investor.
Gagal bayar dapat membuat investor asing menagih lebih banyak uang kepada Amerika Serikat untuk dipinjam jika Washington menjadi investasi yang berisiko. Suku bunga yang sudah tinggi bisa melambung tinggi.
Dan beberapa ekonom bahkan memperkirakan default dapat menciptakan kondisi yang lebih buruk daripada saat krisis keuangan global 2008.
Tapi tragedi ekonomi satu negara adalah tiket emas negara lain. Dipicu oleh kekhawatiran sanksi AS, baik Rusia dan China telah lama berusaha untuk mengganti dolar dengan renminbi, lapor Christina Lu dari FP.
Baca Juga: Tanduk Afrika: Lebih Dari 7 Juta Anak di Bawah Usia 5 Tahun Tetap Kekurangan Gizi
Dollar AS akan diganti dengan apa yang disebut negara-negara BRICS untuk membentuk mata uang bersama untuk memicu de-dolarisasi.
Gagal bayar utang negara bisa cukup untuk meyakinkan negara-negara pihak ketiga bahwa Amerika Serikat tidak dapat dipercaya dan ekonomi mereka akan lebih baik dilayani dengan berinvestasi di Moskow dan Beijing.
Gagal bayar dapat “berisiko merusak kepemimpinan ekonomi global AS dan menimbulkan pertanyaan tentang kemampuan kita untuk mempertahankan kepentingan keamanan nasional kita,” Menteri Keuangan AS Janet Yellen memperingatkan.
Sejak tahun 1960, Amerika Serikat telah menaikkan, merevisi, atau memperpanjang pagu utang sebanyak 78 kali. Hanya sekali Washington secara teknis gagal bayar, tetapi itu karena kegagalan membayar tepat waktu.
Jika default terjadi sekarang, para ekonom memperkirakan harga saham AS bisa turun seperlima, ekonomi bisa berkontraksi sekitar 6 persen, dan lebih dari 8 juta orang bisa kehilangan pekerjaan. ***