DECEMBER 9, 2022
Orbit Indonesia

Iyyas Subiakto: Prabowo Subianto Hanya Mampir

image
Prabowo Subianto (kiri) bersama SBY di Pacitan

ORBITINDONESIA.COM - Masih ingat rivalitas Prabowo Subianto dan Jokowi dalam pilpres 2014-2019. Itu adalah pilpres paling seru dan saru yang dialami masyarakat Indonesia.

Pertama kita baru lepas dari jerat Orba yang sesungguhnya, karena selepas reformasi dan Indonesia diisi oleh 3 presiden masa transisi Habibie, Gus Dur dan Megawati. Indonesia kembali dicengkeram gaya Orba yang hanya ganti pelaku.

Ya SBY itu Orba banget. Dia hanya pura-pura mengurus Indonesia, namun sejatinya dia melanjutkan menjual Indonesia. Dia membiarkan Freeport, Petral, Blok Mahakam dan Rokan di tangan Amerika dan kroni Indonesianya.

Baca Juga: Manchester City Hattrick Juara Liga Inggris, Bersiap Treble Winner untuk Piala FA dan Liga Champions

Mengandalkan subsidi menenangkan rakyat, impor BBM tetap dijalankan via Petral. Sementara kilang minyak dibiarkan rusak. Begitu juga Bulog lanjut mengimpor beras karena bendungan dibiarkan tanpa pemeliharaan dan tambahan. Ini semua demi cuan.

Dan banyak lagi yang tidak dikerjakan oleh presiden yang hoby nyanyi dan mangkrakisasi.

Jokowi membawa suasana baru. Dia adalah orang sipil kedua setelah Soekarno yang dipilih rakyat dengan sesungguhnya. Kalau Habibie, Gus Dur dan Megawati hanya selingan kepura-puraan oligarki, sebagai sweetener kaum reformasi yang juga dikadali Amien Rais.

Lihat brutalnya pilpres 2014 dan 2019 serta pilkada DKI. Ini semua paket target mengembalikan kekuasaan di tangan gerombolan angkatan 60-90an.

Baca Juga: Manchester City Pastikan Diri Juara Liga Inggris Sebelum Taklukkan Chelsea di Etihad Stadium

Pilpres yang diisi fitnah dan hoaks, Jokowi menang tapi drama di pemerintahan berjalan. Makar terselubung demo berjilid 212 hampir semua komponen ada di sana. Bahkan ada tentara, MPR, dan ditengarai Jusuf Kalla ikut bersama.

Belakangan kita tahu dari perilakunya. Bahwa orang ini selalu bermuka dua dan berpura-pura. Jabatan wapres, akhlak tak beres.

Walau hanya dua periode, Jokowi menjadi sokoguru perpolitikan Indonesia yang sebenarnya. Dia tiang tengah pondasi Indonesia baru. Dia santun, sabar, tidak reaktif tapi strategik. Dia problem solver, bukan problem maker.

Kalah 2014, Prabowo tak putus asa. Dia yakin 2019 bisa menang vs Jokowi. Dia salah antisipasi. Kalau 2014 saja rakyat percaya Jokowi, bagaimana 2019, karena Jokowi makin tinggi.

Baca Juga: Hasil Liga Inggris: Brighton vs Southampton, The Seagull Pastikan Diri Raih 1 Tiket Liga Eropa

Saat akhir 2018 kalau tidak salah kepuasan rakyat atas kinerja Jokowi mencapai 56 persen. Dasar itu salah satunya yang memenangkannya pada angka 55 persen di pilpres 2019. Ini fakta.

Angka-angka yang melekat pada Jokowi itu asli bukan mimpi Somad ang 5 kali.

2019 Prabowo kandas untuk 2x pilpres. Dia makin panas saja. Jakarta hampir membara. Banyak batu bata di ambulance gerindra. Tuhan masih sayang kepada Indonesia. Semua akhirnya reda. Jokowi memimpin periode kedua.

Prabowo masih uring-uringan, tapi bukan Jokowi kalau tidak bisa membuat lawan mati suri. Prabowo ditarik jadi Menhan, jabatan yang sesuai karena dia pernah di ketentaraan walau berhenti karena dipecat dengan tidak hormat. Yang penting Indonesia selamat.

Baca Juga: Hasil Liga Inggris: West Ham vs Leeds, The Hammers Sukses Amankan 3 Poin, The White Diambang Degradasi

Prabowo bertahan di Menhan, tapi prestasinya pas-pasan. Lirikan matanya atas kekuasaan tak reda. Dia tetap melirik kesempatan bahwa kursi presiden harus bisa di raih. Untuk itulah walau dia di kabinet, dia membiarkan Fadli Zon sebagai oposan.

Mereka pernah didukung kaum radikal pada tahun 2014-2019. Kelompok itu masih ada, dan diperhitungkan akan bersama lagi pada tahun 2024.

Pergerakannya mulai terasa membuat move yang bisa terbaca, karena orangnya itu-itu saja. Gerakannya juga tak berbeda. Jalur agama, fitnah dan hoaks serta teriak-teriak. Ini ciri khas orang akhlak cekak.

Seperti pernyataan awal Prabowo di kabinet, apakah dia 100 persen berubah, ternyata terbukti tak bisa. Dia tetap Prabowo yang lama. Mampir di kabinet itu cuma numpang pujian sesaat bahwa dia mau dianggap menjadi orang Jokowi. Dengan sadar kita katakan "tidak sama sekali."

Baca Juga: Mudah Diingat, Contoh Teks Amanat Pembina Upacara Bendera Tema Hari Kebangkitan Nasional

Karena karakter is given. Untuk mengubahnya, dia harus ditempa ulang. Ibarat badik dia harus dibakar ulang menjadi asal besi. Baru kemudian dibentuk ulang sesuai keinginan.

Jawabannya no way.

Prabowo adalah Prabowo. Sekarang dia telah kembali ke aslinya. Sandiwaranya telah selesai. Dia sudah mengatakan bahwa partainya sudah besar, makanya capres adalah tujuan yang tak tergantikan.

Kita juga sama dengan Prabowo bahwa dia tak mungkin menggantikan Jokowi. Beda kesantunan, salah-salah bisa kesetanan. Dan ini mulai kelihatan.

Baca Juga: Sinopsis FIlm Line of Duty, Menyusuri Garis Depan Polisi Frank Penny Penuh Konspirasi Tayang di Bioskop Trans

Kita kokoh di PROGAN, ini sudah tujuan. Mari kita Galang kekuatan. Modal kita sudah menang dua kali, masak kalah sama yang pernah kalah tiga kali.

Apalagi kini kepuasan rakyat atas kinerja Jokowi mencapai 82 persen. Inilah yang juga akan membantu Ganjar makin cetar.

Mari kita bertanding dan bersaing gak pakai bising.

(Oleh: Iyyas Subiakto, dikutip dari grup WA Generasi Paska 45 Jateng dengan editing dan perubahn judul) ***

Berita Terkait