Membaca Gerak Gerindra Dalam Strategi Menangani Tentara dan Umat Islam
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Sabtu, 13 Mei 2023 15:10 WIB
ORBITINDONESIA.COM - "Kalau negera mau aman, pastikan pangan terpenuhi. Kalau pangan kurang, pastikan tentara perkuat. Kalau tentara dibatasi geraknya, jangan ganggu emosi umat Islam."
"Kalau pangan kurang, tentara dibatasi gerakannya, tetap akan aman kalau emosi umat Islam dijaga. Tapi walau pangan terjaga, tentara kuat, namun emosi Islam diganggu, maka apapun kekuatan politik akan tumbang.”
"Kesimpulan" yang menyangkut hubungan antara negara, tentara dan umat Islam itu mengemuka dalam seminar yang diadakan di era Orde Baru.
Saat seminar itu dilakukan, pak Harto sedang berusaha merangkul umat Islam (ICMI). Pak Harto lupa. Dengan membentuk ICMI itu dia melukai umat Islam akar rumput.
Gus Dur menyatakan berseberangan dengan ICMI. PDI, Megawati berlindung di rumah NU. Sejak itu gaung perlawanan bak api dalam sekam. Dan karena itu TNI bergabung dengan Umat Islam. Gerakan mahasiswa mendapatkan angin menjatuhkan Pak Harto.
Gerindra itu adalah partai yang didirikan oleh Prabowo bersama-sama dengan elite TNI teman setia Prabowo. Walau partainya mengklaim partai nasionalis dan pancasilais, namun desain mesin partainya canggih karena digerakkan oleh keahlian intelijen mengelola akar rumput.
Akar rumput itu siapa lagi kalau bukan umat Islam. Jadi walau tidak formal dan tidak vulgar, namun cara-cara intelijen dipakai untuk menggerakkan mesin Islam.
Baca Juga: Tanggal Berapa Hari Keluarga Internasional Diperingati, Simak Penjelasannya di Sini
Sampai tahun 2019 Gerindra mengelola aset ormas Islam konservatif seperti Front Pembela Islam (FPI), Forum Umat Islam (FUI), dan lain-lain. Dia bisa memenangkan Anies-Sandiaga Uno lawan Ahok pada Pilkada DKI.
Mesin partainya yang digerakkan Islam konservatif sangat efektif menggilas semua lawan, termasuk Ahok. Anies yang bukan siapa-siapa, bisa mengalahkan Ahok yang elektabilitasnya tinggi.
Tapi Mesin partai Gerindra hanya efektif kelas wilayah, bukan nasional. Era SBY mesin partai Gerindra tidak mampu lawan SBY. Karena narasi SBY zero enemy. Rangkul semua ormas Islam, termasuk HTI.
Tahun 2014, Prabowo kalah lawan Jokowi karena Jokowi berpasangan dengan Jusuf Kalla (Ketua Dewan Masjid Indonesia dan Ketua Kahmi). Tahun 2019, Prabowo kalah lagi karena Jokowi berpasangan dengan Ma’ruf amin (Rais Aam PBNU).
Prabowo belajar dari kegagalannya. Nah, tahun 2024 nanti, dia tidak lagi gunakan mesin Islam konservatif.
Dia gunakan Islam tradisional dan kultural, dengan membentuk Gerakan Muslim Indonesia Raya (GEMIRA) yang diketuai Irfan Yusuf Hasyim, cucu pendiri NU dan berkoalisi dengan PKB.
(Oleh: Ceka) ***